BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Nabi
Muhammad adalah Nabi dan Rasul Terakhir, sesudah beliau tidak ada Nabi
dan Rasul lagi. Dan Nabi Muhammad diutus oleh Allah untuk memimpin seluruh
umatnya di dunia. Beliau juga diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Nabi telah menghimpun sekian banyak kelebihan dari berbagai lapisan manusia
selama pertumbuhan beliau.
Beliau
menjadi sosok yang unggul dalam pemikiran yang jitu, pandangan yang lurus,
mendapat sanjungan karena kecerdikan , kelurusan pemikiran , pencarian sarana
dan tujuan. Beliau lebih suka diam berlama-lama untuk mengamati, memusatkan
pikiran dan menggali kebenaran.
Dengan
akalnya beliau mengamati keadaan negerinya. Dengan fitrahnya yang suci beliau
mengamati lembaran-lembaran kehidupan, keadaan manusia dan berbagai golongan.
Beliau merasa risih terhadap khurafat dan menghindarinya. Beliau berhubungan
dengan manusia, dengan mempertimbangkan keadaan dirinya dan keadaan mereka.
Selagi
mendapatkan yang baik, maka beliau mau bersekutu di dalamnya. Jika tidak, maka
beliau lebih suka dengan kesendiriannya. Tidak dapat diragukan lagi bahwa
takdir telah mengelilingi agar beliau senantiasa terpelihara. Jika ada
kecenderungan jiwa yang tiba-tiba menggelitik untuk mencicipi sebagian kesenangan
dunia atau ingin mengikuti sebagian tradisi yang tidak terpuji, maka
pertolongan Allah masuk sebagai pembatas antara diri beliau dan kesenangan atau
kecenderungan itu.
Jadi, itu
salah satu mengapa nabi muhammmad begitu sangat di cintai oleh sang maha
pencipta. Karena kepribadiannya yang menawan, sehingga takdir pun memilih
beliau menjadi Nabi terakhir.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KELAHIRAN NABI
Tepat pada hari senin tanggal 12 rabiul awal bertepatan 20
april 571 M alam semesta bergembira dengan kelahiran seorang bayi suci yang
akan menjadi nabi akhir zaman. Sedangkan menurut ilmu falaq mesir, mahmud
basya, kelahiran nabi adalah tanggal 9 rabiul awal tahun gajah, bertepatan
dengan 20 april tahun 571 M. Bayi suci itu tidak lain adalah nabi kita muhammad.
Muhamad bin abdullah bin abdul muthalib bin hasyim bin abdi manaf bin quraisy
bin kilaab bin kinanah bin khuzaimah bin mudrika bin fihr biin malik bin nadher
bin maad bin adnan. Nasab adnan berakhir dengan nasab ismail bin ibrahim a.s.
Ketika bayi suci itu lahir ibunya segera menyiramkan pada
kakeknya abdul muthalib. Dengan wajah yang berseri-seri bayi suci itu diterima
dan segera ditimang-timangnya dalam ka’bah. Beliau berdoa dalam ka’bah sambil
bersyukur kepada allah atas kurnia-Nya yang maha besar itu, kemudian beliau
memberi nama bayi suci tersebut dengan nama Muhammad walaupun nama muhammad
merupakan sesuatu yang asing sekali bagi bangsa arab. Namun beliau mengharapkan
agar bayi itu kelak akan terpuji baik dilangit baik didunia (muhammad artinya terpuji).
Setelah nabi telah lahir beliau kemudian disusui oleh
suhaibah budak wanita abu lahab selama beberapa hari, kemidian abdul muthalib
memberikan cucunya yang paling disayangi itu kepada seorang ibu susu dari dusun
seperti kebiasan arab. Bangsa arab lebih senang untuk menyusukan anaknya kepada
seorang itu susu dari dusun karena keadan didusun udaranya lebih bersih untuk
pertumbuhan anak kecil. Disamping pengaruh dusun sangat baik sekali bagi
pertumbuhan akhlak si bayi dan bahasa di dusun masih lebih fasih daripada
bahasa di kota.
Waktu itu ada beberapa wanita datang dari dusun bani saad
untuk mencari pekerjaan menyusukan anak bayi. Wanita bani saad sangat terkenal
dengan pekerjaan mereka yang satu ini dan terkenal dengan kefasihan bahasanya.
Diantara mereka yang datang itu adalah siti halimah sa’diyah.
Nabi berada di dusun bani saad selama dua tahun. Selama itu
keluarga siti halimah hidupnya sangat berbahagian sekali. Karena rezekinya
makin lama makin bertambah kaya. Dan keluarga itu sangat bersyukur kepada allah
Yang melimpahkan rahmat-Nya kepada sang bayi dan keluarga siti halimah.
Sedangkan muhammad makin tumbuh baik dan sangat dikagumi sekali oleh teman
sebayanya.
Pada suatu hari ketika nabi masih diasuh di dusun banu saad
didatangi oleh dua malaikat yang ditugaskan oleh allah untuk membelah dada nabi
dan membersihkannya dari segala tabiat yang buruk sebagai persipan unuk
menerima tugas risalah di kemudian hari.
Selama di Dusun Banu saad nabi muhammad mengembala kambing
Siti Halimah bersama saudar-saudara sekanndungnya. Sejak kecil beliau hidup
sederhana seperti yang terbiasa di dusun. Selama di dusun beliau juga terbiasa
dengan bercakap dalam bahasa arab yang fasih.
Bahasa arab banu saad sangat terkenal dengan kefasihannya.
Karena itu tidaklah heran bila kelak nabi berbangga di depan para sahabat
beliau dengan sabdanya:
انا اعربكم و انا قرشي و
استرضعت في بني سعد بن بكر
Artinya:
“aku orang yang terfasih daripada kamu dan aku seorang Quraisy yang dibesarkan
di dusun keluarga banu saad bin bakar”
Ketika nabi telah berumur enam tahun belia dibawa oleh
bundanya untuk berkunjung di keluarga ayahnya di madinah dan untuk berziarah
kekuburan ayahnya. Kunjungan beliau ke keluarga ayahnya dan ke kuburannya itu
sangat membekas sekali di hati nabi yang masih kecil. Beliau ingin bertemu
ayahnya yang dikatakan telah wafat. Namun sayang beliau tidak dapat menemukan
ayahnya. Ketika beliau sedang ditengah perjalanan pulang ke mekkah, bunda
beliau wafat di suatu desa yang bernama ABWA. Kepergian bundanya itu membawa
pengaruh besar sekali bagi kejiwaan baliau. Namun kejadian itu tak lain
adalah suatu cobaan yang telah diderita oleh nabi sejak hari kelahiran baliau.
B.
MASA REMAJA
Awal-awal masa remaja beliau lewati dengan menggembalakan
kambing-kambing milik beberapa ahli Mekkah. Dan tak ada seorangpun Nabi,kecuali
mereka sebelumnya pernah menggembalakan kambing. Beliau lakukan itu dengan
menerima upah beberapa keping uang dari para pemilik domba-domba itu. Bagi
beliau,dengan menggembala adalah kesempatan untuk menyendiri dan menghindar
dari hiruk pikuk kota mekkah, sekaligus merenung. Beliau membenci tatacara
ibadah orang Quraisy yang menyembah berhala. Beliaupun tidak suka melihat
masyarakatnya tenggelam dalam minuman keras,dan keterpurukan moral.
Dan ketika mendekati usia 20-an tahun,beliau berpindah
jalur dan terjun ke dunia perniagaan dan perdagangan. Teman karib beliau sesama
pedagang adalah Sa-ib bin Abi Sa-ib al-makhzumi.
Dan beliau S.a.w terkenal di kalangan masyarakat dengan kejujuran kata-katanya,
amanahnya, juga ketinggian budi pekertinya. Semenjak usia remaja,beliau telah
menyandang gelar (al-amien),yang bisa dipercaya. Dan gelar itu juga panggilan
keseharian beliau,shollallahu Alaihi wa sallam.
C.
MASA DEWASA
a.
Dibawah
Asuhan Paman
Setelah
ibunda dan kakek tercintanya meninggal dunia beliau tinggal bersama abu thalib
yaitu pamannya. Abu Thalib melaksanakan hak anak saudaranya dengan sepenuhnya
dan menganggap seperti anaknya sendiri. Bahkan Abu Thalib lebih mendahulukan
kepentingan beliau daripada anak-anaknya sendiri, mengkhususkan perhatian dan
penghormatan. Hingga ketika berumur lebih dari empat puluh tahun beliau
mendapatkan kehormatan di sisi Abu Thalib, hidup dibawah penjagaannya, rela
menjalin persahabatan dan bermusuhan dengan orang lain demi membela diri
beliau. Pembahasan mengenai masalah ini akan disampaikan di tempatnya
tersendiri.
b.
Meminta
Hujan Dengan Wajah Beliau
Ibnu
Asakir mentakhrij dari Julhumah bin Afathah, dia berkata, “ Tatkala aku tiba di
Makkah, orang-orang sedang dilanda musim paceklik. Orang-orang Quraisy berkata,
“Wahai Abu Thalib, lembah sedang kekeringan dan kemiskinan melanda. Marilah
kita berdoa meminta hujan”.
Maka
Abu Thalib keluar bersama seorang anak kecil, yang seolah-olah wajahnya adalah
matahari yang membawa mendung, yang menampakkan awam sedang berjalan
pelan-pelan. Di sekitar Abu Thalib juga ada beberapa anak kecil lainnya. Dia
memegang anak kecil itu dan menempelkan punggungnya ke dinding Ka’bah.
Jari-jemarinya memegangi anak itu. Langit yang tadinya bersih dari mendung,
tiba-tiba saja mendung itu datang dari segala penjuru, kemudian menurunkan
hujan yang sangat deras. Sehingga lembah-lembah terairi dan lading-ladang
menjadi subur. Abu Thalib mengisyaratkan hal ini dalam syair yang dibacakannya,
“
Putih berseri meminta hujan dengan wajahnya, penolong anak yatim dan pelindung
wanita janda”.
c.
Bahira
Sang Rahib
Selagi
usia Rasulullah SAW mencapai dua belas tahun dan ada yang berpendapat, lebih
dua bulan sepuluh hari, Abu Thalib mengajak beliau pergi berdagang dengan
tujuan Syam, hingga tiba di Bushra, suatu daerah yang termasuk Syam dan
merupakan ibu kota Hauran, yang juga merupakan ibukotanya orang-orang Arab,
sekalipun di bawah kekuasaan Bangsa Romawi.
Di
negeri ini ada seorang rahib yang dikenal dengan sebutan Bahira, yang nama
aslinya adalah Jurjis. Tatkala rombongan singgah di daerah ini, maka sang rahib
menghampiri mereka dan mempersilahkan mereka mampir ke tempat tinggalnya
sebagai tamu kehormatan. Padahal sebelum itu rahib tersebut tidak pernah
keluar, namun begitu dia bisa mengetahui Rasulullah SAW dari sifat-sifat
beliau. Sambil memegang tangan beliau, sang rahib berkata, “Orang ini adalah
pemimpin semesta alam. Anak ini akan diutus Allah SWT sebagai rahmat bagi
seluruh alam”.
Abu
Thalib bertanya, “Dari mana engkau tahu hal itu?”
Rahib
Bahira menjawab, “Sebenarnya sejak kalian tiba di Aqabah, tidak ada bebatuan
dan pepohonan pun, melainkan mereka tunduk bersujud. Mereka tidak sujud,
melainkan kepada seorang nabi. Aku bisa mengetahuinya dari cincin “nubuwah”
yang berada dibagian bawah tulang rawan bahunya, yang menyerupai buah apel.
Kami juga bisa mendapatkan tanda itu didalam kitab kami”.
Kemudian
Rahib Bahira meminta agar Abu Thalib kembali lagi bersama beliau tanpa
melanjutkan perjalanannya ke Syam, karena dia takut gangguan dari pihak
orang-orang Yahudi. Maka Abu Thalib mengirim beliau bersama beberapa pemuda
agar kembali lagi ke Makkah.
d.
Perang
Pajar
Pada
usia lima belas tahun, meletus Perang Fijar antara pihak Quraisy bersama
Kinanah, berhadapan dengan pihak Qais Ailan. Komandan pasukan Quraisy dan
Kinanah dipegang oleh Harb bin Umayyah, karena pertimbangan usia dan
kedudukannya yang terpandang. Pada awal mulanya pihak Qaislah yang mendapatkan
kemenangan. Namun, kemudian beralih ke pihak Quraisy dan Kinanah. Dinamakan
Perang Fijar, karena terjadi pelanggaran terhadap kesucian tanah haram dan
bulan-bulan suci. Rasulullah SAW ikut bergabung dalam peperangan ini dengan
cara mengumpulkan anak-anak panah bagi paman beliau untuk dilemparkan kembali
ke pihak musuh.
e. Hilful-Fudhul (sumpah setia yang
luhur)
Pengaruh
dari peperangan ini, diadakannya Hilful-Fudhul pada bulan Dzul-Qa’idah pada
bulan suci yang melibatkan beberapa kabilah Quraisy, yaitu Bani Hasyim, Bani
Al-Muththalib, Asad bin Abdul-Uzza, Zuhrah bin Kilab dan Taim bin Murrah.
Mereka berkumpul di rumah Abdullah bin Jud’an At-Taimy karena pertimbangan umur
dan kedudukannya yang terhormat.
Mereka
mengukuhkan perjanjian dan kesepakatan, bahwa tak seorang pun dari penduduk
Makkah dan juga lainnya yang dibiarkan teraniaya. Siapa yang teraniaya, maka
mereka sepakat untuk berdiri disampingnya. Sedangkan terhadap siapa yang
berbuat zhalim, maka kezhalimannya harus dibalaskan terhadap dirinya.
Perjanjian ini juga dihadiri Rasulullah SAW.
Setelah
Allah memuliakan dengan risalah, beliau bersabda, “Aku pernah mengikuti
perjanjian yang dikukuhkan di rumah Abdullah bin Jud’an, suatu perjanjian yang
lebih kusukai daripada keledai yang terbagus. Andaikata aku diundang untuk
perjanjian itu semasa Islam tentu aku akan memenuhinya”
Ruh
dari ini ialah mengenyahkan keberanian model Jahiliah yang lebih banyak
dibangkitkan rasa fanatisme. Ada yang berpendapat, sebab dari perjanjian ini
karena ada seseorang dari Zubaid yang tiba di Makkah sambil membawa barang
dagangan, lalu barang-barang dagangannya itu dibeli Al-Ash bin Wa’il As-Sahmy.
Namun Al-Ash tidak memenuhi hak-haknya dan juga mengkhianati sekutu-sekutunya
yang lain dari Abdud-Dar, Makhzum, Jumah, Sahm, Ady.
Oleh
karena itu, pun tidak lagi memperdulikannya. Lalu orang dari Zubaid itu naik ke
atas bukit Abu Qubais dan memperdengarkan syair-syair yang menggambarkan
kezhaliman Al-Ash dengan suara yang keras. Saat itu Az-Zubair bin
Abdul-Muththalib lewat di dekatnya, kemudian bertanya, “Mengapa ada orang yang
tertinggal?”. Lalu mereka berkumpul di Hilful-Fudhul, kemudian menghampiri
Al-Ash bin Wa’il untuk memprotes pelanggarannya terhadap hak-hak orang Zubaidy
itu. Padahal sebelum itu mereka sudah mengikat persekutuan dengannya.
f. Menggembala kambing
Pada
awal masa remajanya Rasulullah SAW tidak mempunyai pekerjaan tetap. Hanya saja beberapa
riwayat menyebutkan bahwa beliau biasa menggembala kambing dikalangan Bani Sa’d
dan juga di Makkah dengan imbalan uang beberapa dinar.
Pada
usia dua puluh tahun, beliau pergi berdagang ke Syam, menjalankan barang
dagangan milik Khadijah. Ibnu Ishaq menuturkan, Khadijah binti Khuwailid adalah
seorang wanita pedagang, terpandang dan kaya raya. Dia biasa menyuruh
orang-orang untuk menjalankan barang dagangannya dengan membagi sebagian
hasilnya kepada mereka.
Sementara
orang-orang Quraisy memiliki hobi berdagang. Tatkala Khadijah mendengar kabar
tentang kejujuran perkataan beliau, kredibilitas dan kemuliaan akhlak beliau,
maka dia pun mengirim utusan dan menawarkan kepada beliau agar berangkat ke
Syam untuk menjalankan barang dagangannya. Dia siap memberikan imbalan jauh
lebih banyak dari imbalan yang pernah dia berikan kepada pedagang yang lain.
Beliau harus pergi bersama seorang pembantu yang bernama Maisarah. Beliau
menerima tawaran ini. Maka beliau berangkat ke Syam untuk berdagang dengan
disertai Maisarah.
D.
PERNIKAHAN NABI MUHAMMAD SAW
Pernikahan Rasulullah saw merupakan salah satu catatan
sejarah yang menakjubkan. Pernikahan beliau dengan Siti Khadijah radiyallahu
anha menjadi bahan pembicaraan Kaum Quraisy di Kota Makkah. Hal ini disebabkan
karena Siti Khadijah yang merupakan wanita yang paling terpandang, cantik,
pandai dan sekaligus kaya. Sementara Rasulullah saw sendiri pada saat itu masih
berusia 25 tahun menikahi seorang khadijah binti khuwailid yang berusia 40
tahun.
Khadijah binti khuwailid adalah seorang wanita bangsawan
suku quraisy yang memiliki kedudukan terhormat, cerdas, berakhlak mulia,
memiliki kekayaan, dan seorang janda. Ia ditinggal mati oleh Abu Halah,
suaminya.
a. Pertemuan antara Muhammad saw dan
Khadijah ra.
Pernikahan
indah antara rasulullah saw dan khadijah ra berawal dari kisah dagang beliau.
Muhammad saw mudah diberi kepercayaan oleh seorang saudagar ternama Kaum
Quraisy, Khadijah binti Khuwailid. Ibnu Ishaq menuturkan, Khadijah biasa
menyuruh orang-orang untuk menjalankan barang dagangannya dengan membagi
sebagian hasil kepada mereka. Sementara orang-orang quraisy memiliki hobi
berdagang. Tatkala Khadijah mendengar kabar tentang kejujuran perkataan seorang
pemuda bernama Muhammad, kredibilitas dan kemuliaan akhlak beliau, maka dia pun
mengirim utusan dan menawarkan kepada beliau agar berangkat ke syam untuk menjalankan
barang dagangannya. Dia siap memberikan imbalan yang jauh lebih banyak dari
imbalan yang pernah diberikan kepada pedagang lain. Beliau harus pergi bersama
seorang pembantu yang bernama Maisarah. Beliau menerima tawaran ini. Maka
beliau berangkat ke Syam untuk berdagang dengan disertai Maisarah.
b. Pernikahan dengan Khadijah
Khadijah
tertarik hatinya mendengarkan kisah Muhammad dari pembantunya, Maisarah.
Maisarah menceritakan pengalamannya berdagang bersama Muhammad. Dia
menceritakan bagaimana sifat-sifat beliau (Muhammad) yang mulia, kecerdikan dan
kejujuran beliau. Khadijah dikisahkan dalam sirah nabawiyah seakan-akan
mendapatkan barangnya yang pernah hilang dan sangat diharapkannya. Maka ia pun
menawarkan diri kepada beliau. Padahal sebelumnya ia telah menolak beberapa
pembesar suku quraisy yang melamarnya.
Dia
(khadijah) meminta rekannya, Nafisah binti Munyah untuk menemui beliau dan
membuka jalan agar mau menikah dengan Khadijah. Dan ternyata beliau (Muhammad)
menerima tawaran itu, lalu beliau menemui paman-paman beliau. Dikisahkan dalam
sirah Ibnu Hasyim bahwa beliau dilamarkan oleh paman beliau yang bernama Hamzah
bin Abdul Muthalib dan Abu Thalib menyampaikan khutbah pernikahan tersebut.
Yang ikut hadir dalam pelaksanaan akad nikah adalah Bani Hasyim dan para pemuka
Bani Mudhar. Hal ini terjadi dua bulan setelah kepulangan beliau berdagang di
Syam. Maskawin beliau berupa dua puluh ekor unta muda. Usia Khadijah sendiri
empat puluh tahun. Dia adalah wanita pertama yang dinikahi rasulullah saw. Beliau
tidak pernah menikahi wanita lain hingga dia meninggal dunia.’
Semua
putra-putri beliau, selain Ibrahim yang dilahirkan Maria Al Qibthiyah,
dilahirkan dari Khadijah. Yang pertama adalah Al Qasim, kemudian Zainab,
Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fathimah dan Abdullah. Semua putra beliau meninggal
dunia selagi masih kecil. Sedangkan semua putri beliau sempat menjumpai islam
dan mereka masuk islam serta ikut hijrah. Hanya saja mereka semua meninggal
dunia selagi beliau masih hidup, kecuali Fathimah. Dia meninggal dunia selang
enam bulan sepeninggal beliau, untuk bersua dengan beliau.
c. Kisah-Kisah Penting Sebelum
Pernikahan
Pernikahan
beliau dengan Siti Khadijah ra. Merupakan salah satu episode kehidupan sebelum
kenabian. Abul Hasan An Nadwi dalam sirahnya mengatakan : pernikahan beliau
dengan Khadijah adalah salah satu kisah menuju kebangkitan agung, yakni
diutusnya Rasulullah saw. Kisah pernikahan beliau ini adalah salah satu episode
yang meningkatkan kapasitas beliau sebagai rasul nantinya. Episode-episode penyempurnaan
pribadi rasul dalam diri seorang Muhammad saw terjadi pula di masa sebelum
pernikahan beliau.
Abul
Hasan An Nadwi dalam sirahnya menyebutkan bahwa sebelum pernikahan beliau,
rasulullah saw mendapatkan tarbiyah ilahiyah atau pendidikan yang bersifat
ketuhanan. Rasul saw memiliki sifat paling baik akhlaknya, sangat pemalu,
sangat jujur, sangat amanah serta terhindar dari perbuatan keji dan jahat.
Sedemikian rupa sehingga beliau mendapatkan gelar al amin (orang yang
dipercaya). Beliau selalu menyambung tali silaturahim, suka meringankan beban
kesulitan manusia, menghormati tamu dan suka memberi pertolongan atas dasar
kebaikan dan ketaqwaan. Beliau makan dari hasil kerjanya sendiri dan bersikap
sederhana dalam menikmati makanan.
Ketika
Rasul saw berusia 14 atau 15 tahun, terjadi perang fijar antara suku Quraisy
dan Qais ‘ailan. Beliau mengalami saat terjadinya perang tersebut dan berperan
dalam mempersiapkan anak panah dan tombak untuk paman-pamannya dalam membalas
serangan musuh. Melalui perang tersebut beliau memiliki ketangkasan berkuda dan
keberanian berperang.
Setelah
perang fijar beliau menyaksikan terjadinya Peristiwa Hilful Fudhul yang artinya
sumpah setia yang luhur. Sumpah setia yang amat mulia yang pernah beliau dengar
dan beliau saksikan pada bangsa arab. Rasulullah sangat menyukai sumpah setia
tesebut dan ikut mematuhinya. Sumpah setia untuk mengembalikan hak kepada
pemiliknya dan menjaga agar tidak terjadi kesewenang-wenangan dari seseorang
kepada orang lain. Ketika beliau telah diangkat menjadi nabi, beliau
menyatakaan berkenaan dengan sumpah itu, “sungguh aku telah menyaksikan di
rumah Abdullah bin Jad’an sebuah sumpah setia yang lebih aku sukai daripada
unta merah.
Seandainya
pada masa islam aku diminta melakukannya maka akan aku penuhi”
Kisah penting sebelum pernikahan agung diakhiri dengan masa perdagangan beliau ke negeri Syam (Iraq masa lalu). Dikisahkan dalam sirah Shafiyyurahman Al Mubarakfury, pada awal masa remajanya rasul saw tidak mempunyai pekerjaan tetap. Hanya saja beberapa riwayat menyebutkan bahwa beliau biasa menggembala kambing di kalangan bani sa’d dan juga di makkah dengan imbalan uang beberapa dinar. Kisah beliau sebagai gembala kambing ini dikatakan oleh para ulama sebagai pendidikan kepemimpinan beliau di masa remaja. Bukan hal yang mudah urusan menggembala kambing itu, diperlukan perhatian yang tinggi, kemampuan lapangan, tanggung jawab yang besar, keberanian dan sikap kepemimpinan lainnya.
Kisah penting sebelum pernikahan agung diakhiri dengan masa perdagangan beliau ke negeri Syam (Iraq masa lalu). Dikisahkan dalam sirah Shafiyyurahman Al Mubarakfury, pada awal masa remajanya rasul saw tidak mempunyai pekerjaan tetap. Hanya saja beberapa riwayat menyebutkan bahwa beliau biasa menggembala kambing di kalangan bani sa’d dan juga di makkah dengan imbalan uang beberapa dinar. Kisah beliau sebagai gembala kambing ini dikatakan oleh para ulama sebagai pendidikan kepemimpinan beliau di masa remaja. Bukan hal yang mudah urusan menggembala kambing itu, diperlukan perhatian yang tinggi, kemampuan lapangan, tanggung jawab yang besar, keberanian dan sikap kepemimpinan lainnya.
Baru
pada usia 25 tahun beliau diberikan amanah membawa barang dagangan milik
bangsawan bernama Khadijah binti Khuwailid yang pada akhirnya melahirkan cinta
dan berbuah pernikahan indah.
d. Dakwah Pasca Pernikahan
Bisa
dikatakan, pernikahan beliau dengan Khadijah berefek multi (multi effect).
Status beliau berubah setelah menikah menjadi seorang suami dan ayah. Peran
beliau semakin menambah kapabilitas beliau sebagai rasul nantinya. Selain itu
di sisi lain ada efek baik dari pernikahan ini. Karena khadijah seorang yang
terpandang di kalangan bangsawan quraisy ditambah rasul saw yang dikenal
sebagai seorang al amin, keluarga rasul saw menjadi keluarga yang terpandang di
kalangan masyarakat quraisy. Strata sosial seorang Muhammad yang nantinya
menjadi rasulullah, semakin naik. Ditambah lagi jaringan beliau yang semakin
luas karena pengaruh istrinya yang luar biasa.
Pasca
pernikahan beliau, terdapat suatu peristiwa yang menggemparkan Kaum Quraisy.
Peristiwa tersebut hamper memicu terjadinya pertumpahan darah diantara mereka.
Peristiwa tersebut adalah kisah renovasi ka’bah. Pada saat itu rasul saw
berusia 35 tahun, beliau menjadi pahlawan dari kisah fenomenal ini. Rasul saw
berhasil menjadi penengah dan pemberi solusi atas masalah yang muncul pada saat
renovasi ka’bah tersebut.
Cara
yang beliau lakukan untuk menengahi sangatlah luar biasa, di luar pemikiran
kaum quraisy saat itu. Dengan cerdasnya, rasul saw meminta sehelai kain
kemudian beliau meletakkan hajar aswad di atas kain dengan tangannya sendiri.
Setelah itu, beliau berkata : “setiap pemimpin (suku) hendaknya memegang sudut
kain ini, kemudian angkatlah bersama-sama.” Mereka melakukan apa yang diminta
rasul saw. Ketika sampai pada tempat hajar aswad di dinding Ka’bah, beliau
mengambil batu tersebut dan meletakkannya di tempatnya. Kemudian pembangunan
diteruskan hingga selesai. Beliau mencegah kemungkinan perang saudara antara
kaum quraisy dengan kebijaksanaan, kecerdasan, rasa simpati, kelembutan dalam
berbagai persoalan dan perdamaian antara sesama manusia.
Akhirnya
Nabi saw telah menghimpun sekian banyak kelebihan dari berbagai lapisan manusia
selama pertumbuhan beliau. Beliau menjadi sosok yang unggul dalam pemikiran
jitu, pandangan yang lurus, mendapat sanjungan karena kecerdikan, kelurusan
pemikiran, pencarian sarana dan tujuan. Keadaan beliau digambarkan oleh
istrinya, Khadijah ra : “beliau membawa bebannya sendiri, memberi orang miskin,
menjamu tamu dan menolong siapapun yang hendak menegakkan kebenaran”
Pernikahan
beliau dengan Khadijah adalah bagian penting dari kehidupan dakwah beliau.
Ketika menerima wahyu untuk pertama kalinya, khadijah lah yang menenangkan
beliau dan memberi dukungan kepada beliau. Saya bisa merasakan getaran kasih
sayang seorang istri pada saat ketakutan yang amat sangat dari seorang suami,
dalam hal ini rasul saw. Apa yang khadijah katakan kepada suaminya di saat
ketakutan karena baru pertama kali menerima wahyu? Dia berkata : “tidak akan
terjadi apa-apa! Demi Allah, Dia tidak akan pernah mempermalukan engkau
selamanya.
Sungguh
engkau benar-benar menyambung hubungan kasih sayang, meringankan beban
orang-orang yang menderita, memberi orang yang kehilangan, menghormati tamu dan
selalu menolong atas dasar kebenaran.” Dukungan Khadijah terhadap beliau tidak
sekedar kata-kata. Dia kemudian mencari dukungan dengan cara mencari info dari
orang yang alim yaitu Waraqah bin Naufal. Dan benarlah, Waraqah mendukung Rasul
saw. Setelah mendengar kisah yang dialami rasul saw saat menerima wahyu pertama
di gua hira, dia berkata : ”demi dzat yang diriku berada dalam kekuasaan Nya.
Sesungguhnya engkaulah nabi umat ini. Sesungguhnya engkau telah didatangi An
Namus Al-Akbar, yang pernah datang menemui Musa. Dan sesungguhnya kaummu akan
mendustakanmu, menyakitimu, mengusirmu bahkan akan memerangimu.” Khadijah
kemudian beriman kepada Muhammad saw. Ia adalah orang pertama yang beriman
kepada Allah dan Rasul Nya. Ia selalu membantu di samping suaminya, meringankan
kesedihannya, dan menganggap ringan terhadap orang-orang yang akan menghalangi
suaminya.
e. Isteri-Isteri Nabi Muhammad SAW
Isteri-isteri
Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut :
1.
Khadijah
binti Khuwailid ra.
Beliau telah hidup bersama Nabi Muhammad SAW sejak 15 tahun sebelum turun wahyu
hingga tiga tahun sebelum Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam
hijrah ke Madinah dan beliau wafat di sisinya.
2.
Saudah
binti Zam’ah ra.
Beliau hidup bersama Nabi Muhammad SAW hingga lanjut usia. Suatu saat Nabi
Muhammad SAW hendak menceraikannya, namun akhirnya dia rela untuk memberikan
giliran harinya untuk ‘Aisyah ra dan dia berkata, “Wahai Rasulullah sholallah
alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam, aku sudah tidak lagi memiliki ghirah
terhadap laki-laki, namun aku ingin agar kelak di akhirat dikumpulkan bersama
isteri-isteri engkau.” Di antara salah satu keistimewaannya adalah dia pernah
menjadi isteri tunggal Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was
salam selama tiga tahun setelah meninggalnya Khadijah dan dia meninggal dunia
pada tahun lima puluh lima Hijriyah.
3.
‘Aisyah
binti Abi Bakar ra.
Beliau menikah dengan Nabi Muhammad SAW di Mekkah 2 tahun sebelum hijrah.
Menurut sebagian riwayat 3 tahun sebelum hijrah. Pada saat itu ‘Aisyah berusia
6 atau 7 tahun dan beliau tinggal bersama Nabi di Madinah dalam usia 9 sembilan
tahun. Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam meninggal
dunia dalam pangkuannya dan pada saat itu ‘Aisyah berusia 18 tahun. ‘Aisyah ra
meninggal dunia pada tahun 58 Hijriyah, namun menurut sebagian riwayat bukan
pada tahun itu dan Nabi Muhammad tidak pernah menikah dengan seorang
gadis kecuali dengannya dan dia dijuluki dengan Ummu Abdillah (karena dia telah
memelihara Abdullah bin Zubair, putera Asma’ saudara perempuan ‘Aisyah, isteri
Zubair bin Awwam).
4.
Hafshah
binti Umar bin Khathab ra.
Diriwayatkan bahwa pada suatu saat Nabi Muhammad SAW hendak menceraikannya,
lalu Jibril datang kepadanya dan berkata, “Sesungguhnya Allah Ta’ala
memerintahkanmu untuk kembali kepada Hafshah karena dia adalah wanita ahli
ibadah dan berpuasa.” Dalam hadits yang lain dijelaskan bahwa kembalinya Nabi
sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam kepada Hafshah adalah sebagai
tanda kasih sayang Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was
salam kepada Umar bin Khathab ra. Hafshah binti Umar bin Khathab meninggal
dunia pada tahun 45 Hijriyah, namun menurut riwayat yang lain bukan pada tahun
itu.
5.
Ummu
Habibah binti Abi Sufyan ra. Beliau menikah dengan Nabi Muhammad sholallah alaihi wa
aalihi wa shohbihi was salam ketika berada di Habasyah dan mas kawinnya adalah
uang sebanyak empat ratus dinar, hadiah dari raja Najasi kepada Nabi Muhammad
sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam dan yang menjadi wali dalam
pernikahan tersebut adalah Utsman bin Affan ra. Ummu Habibah meninggal dunia
pada tahun 4 Hijriyah.
6.
Ummu
Salamah Hindun binti Umayyah ra. Beliau meninggal dunia pada tahun 62 Hijriyah. Dia adalah
isteri Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam yang
paling terakhir meninggal dunia, akan tetapi menurut riwayat yang lain bahwa
isteri Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam yang
paling terakhir meninggal dunia adalah Maimunah ra.
7.
Zainab
binti Jahasy ra.
Beliau meninggal dunia di Madinah pada tahun 20 Hijriyah. Dia adalah isteri
Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam yang pertama
kali meninggal dunia setelah beliau sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was
salam dan orang pertama yang mayatnya dibawa dengan keranda.
8.
Juwairiyah
binti al-Harits ra. Beliau
adalah salah seorang tawanan perang dalam ghazwah Bani Mushthaliq, lalu Nabi
Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam membebaskan dan
menikahinya. Dia meninggal dunia pada tahun 56 enam Hijriyah.
9.
Maimunah
binti al-Harits ra.
Beliau adalah bibi Khalid bin Walid dan Abdullah bin Abbas radhiyallahu
‘anhuma. Dia adalah wanita terakhir yang dinikahi oleh Rasulullah sholallah
alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam dan dia wafat pada tahun lima puluh satu
Hijriyah, akan tetapi dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa beliau meninggal
dunia pada tahun 66 Hijriyah.
10.
Shafiyyah
binti Huyai bin Akhthab ra,
seorang wanita Yahudi dari keturunan Nabi Harun as. Beliau adalah salah seorang
tawanan dalam perang Khaibar, lalu Nabi Muhammad sholallah alaihi was salam
memerdekakan dan menikahinya. Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi
was salam telah menjadikan kemerdekaannya itu sabagai mahar dalam pernikahan
tersebut dan beliau wafat pada tahun lima puluh Hijriyah.
11.
Zainab
binti Khuzaimah ra,
seorang wanita yang dikenal dengan nama Ummul Masakin (ibunya orang-orang
miskin). Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam telah
menikah dengannya pada tahun 3 Hijriyah, namun usia pernikahan tersebut
berjalan tidak lama, karena hanya dalam waktu dua atau tiga bulan dia meninggal
dunia.
g. Anak-Anak Nabi Muhammad SAW
Anak-anak
Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam adalah sebagai
berikut :
Qasim,
dengannya Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam
memperoleh julukan abul Qasim. Dia dilahirkan sebelum Rasulullah sholallah
alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam diangkat menjadi nabi begitu pula
meninggalnya, dia meninggal dunia dalam usia 2 tahun.
Abdullah,
dia juga dinamai dengan ath-Thayyib dan ath-Thahir. Dia dilahirkan setelah
Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam diangkat menjadi
nabi, namun ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa dia dilahirkan sebelum
Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam diangkat menjadi
nabi. Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa ath-Thayyib bukanlah
ath-Thahir. Zainab. Ruqayyah. Ummu Kultsum Fathimah az-Zahra ra.
Anak-anak
perempuan Nabi SAW seluruhnya mengalami zaman Islam dan turut berhijrah bersama
Rasululah SAW. Perlu kami sampaikan di sini bahwa mereka semua adalah anak-anak
dari Khadijah ra.
Disamping
itu, Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam juga
memiliki anak lain yang dilahirkan di Madinah yaitu Ibrahim, dia dari
Mariyah al-Qibthiyyah. Ibrahim meninggal dunia ketika berusia 70 hari. Menurut
sebagaian riwayat adalah 7 bulan dan riwayat yang lain lagi 8 bulan.
Seluruh
anak Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam meninggal
dunia pada saat beliau sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam masih
hidup kecuali Fathimah az-zahra, dia meninggal 7 bulan setelah nabi wafat.
Zainab
adalah anak perempuan Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was
salam yang paling besar, dia menikah dengan Abul Ash bin Rabi’ dan dia telah
masuk Islam. Dengan pernikahan tersebut dia dikaruniai seorang anak laki-laki
yang bernama Ali, namun ia meninggal dunia pada saat usianya masih dini.
Disamping itu dia juga memiliki anak yang lain yaitu Umamah, seorang anak yang
pernah digendong oleh Nabi Muhammad sholallah alaihi was salam pada saat beliau
melakukan shalat.
Setelah
dewasa Umamah menikah dengan Ali bin Abi Thalib yakni setelah meninggalnya
Fathimah az-Zahra bibinya serta atas wasiat darinya. Sepeninggal Ali bin Abi
Thalib Umamah menikah kembali dengan Mughirah bin Naufal bin Harits bin Abdul
Muthalib dan dengan pernikahan tersebut dia dikaruniai seorang anak laki-laki
bernama Yahya al-Mughirah. Umamah meninggal dunia ketika menjadi isteri
Mughirah.
Fathimah
az-Zahra ra menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra, beliau memiliki beberapa
orang anak yaitu, Hasan, Husein, Muhsin, Ruqayyah, Zainab, dan Ummu Kultsum
radhyallahu ‘anhum. Muhsin meninggal dunia pada saat masih bayi sedangkan
Ruqayyah meninggal dunia sebelum dewasa.
Zainab
menikah dengan Abdullah bin Ja’far dan dengan pernikahan tersebut dia
dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Ali, namun ia meninggal dunia
pada saat masih kecil. Sedangkan Ummu Kultsum menikah dengan Umar bin Khathab
ra dan dengan pernikahan tersebut dia dikaruniai seorang anak laki-laki yaitu
Zaid. Setelah itu, dia menikah kembali dengan ‘Auf bin Ja’far, setelah itu
diperisteri oleh saudaranya yaitu Abdullah bin Ja’far.
Adapun
Ruqayyah (puteri Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam) dia
menikah dengan Utsman bin Affan dan dengan pernikahan tersebut dia dikaruniai
seorang anak laki-laki yang bernama Abdullah. Ruqayah meninggal dunia pada hari
dimana Zaid bin Haritsah datang membawa kabar gembira tentang kemenangan kaum
muslimin di perang Badar. Setelah Ruqayyah meninggal dunia, Utsman bin Affan ra
menikah kembali dengan saudaranya yakni puteri Nabi sholallah alaihi was salam
yang satunya yaitu Ummu Kultsum, dan dia meninggal dunia di sisinya pada bulan
Sya’ban tahun sembilan kenabian.
E.
AKTIVITAS SOSIAL NABI MUHAMMAD
Ketika usia Rasulullah mendekati 40 tahun beliau sering
beruzlah (mengasingkan diri untuk memohon petunjuk kepada Allah SWT) di Gua
Hira yang terletak di Jabal Nur. Tatkala usia beliau genap 40 tahun diangkat
menjadi rasul dengan turunnya wahyu pertama surat Al-Alaq ayat 1-5 yang
disampaikan oleh malaikat Jibril. Rasulullah gemetar dan pulang menemui
istrinya Khadijah dan berkata “Selimuti aku, selimuti aku”. Kemudian
Khadijah membawa Rasulullah kepada pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal dan
Waraqah menyatakan yang datang kepada Rasulullah adalah malaikat Jibril.
a.
Dakwah
secara sembunyi-sembunyi (da’wah sirriyyah)
Dakwah
secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama 3 tahun. Pada dakwah permulaan itu
empat orang yang dekat dengan Rasulullah menyatakan keislamanya, mereka disebut
sebagai as-saabiquun al- awwalluun (orang yang pertama masuk Islam). Mereka
terdiri dari : Khadijah (istri beliau), Abu Bakar Shiddiq (sahabat beliau), Ali
bin Abi Thalib (keponakan beliau), dan Zaid bin Haritsah ( mantan budak
beliau).
b.
Dakwah
secara terang-terangan (da’wah jahriyyah)
Dakwah
secara terbuka dilakukan Rasulullah setelah mendapat perintah Allah SWT (Q.S Al
Hijr ayat 94). Dakwah pertama secara terang-terangan dilakukan di bukit Shafa dekat
Ka’bah dan mendapat cemoohan dari sebagian besar kaum Quraisy terutama pamannya
sendiri Abu Lahab (Q.S Al-Lahab).
c.
Reaksi
kaum Quraisy atas dakwah Rasulullah
Beragam
penindasan dilakukan kepada kaum muslimin ,antara lain :
-
Ustman
bin Affan digulung oleh pamannya dalam tikar kurma dan diasapi dari bawah.
-
Bilal,
budak milik Umayyah bin Khalaf al-Jumahiy, lehernya dililit tali dan diseret,
ditindih dengan batu besar dan diletakkan di terik matahari lalu dibebaskan
oleh Abu Bakar.
Pada Tahun kelima kenabian,
Rasulullah memerintahkan kaum muslimin hijrah ke Habasyah (Ethiopia) untuk
menghindari penyiksaan kaum musyrikin. Raja Habasyah pada waktu itu adalah
Ashhimah an-Najasyiy.
Kekejaman kafir Quraisy semakin
menjadi-jadi. Pada tahun ke tujuh kenabian, kaum muslimin dan seluruh Bani
Hasyim serta bani Muthalib di asingkan di lembah Syi’ib. Kaum kafir Quraisy
memboikot segala hubungan antara umat Islam dengan pihak lain, sehingga kaum
muslimin menderita kelaparan. Pada tahun itu juga Rasulullah memerintahkan
untuk hijrah ke Habasyah yang kedua kalinya.
d. Masuk Islamnya Hamzah dan Umar bin
Khattab
Hamzah
bin Abdul Muthalib masuk Islam pada prnghujung tahun keenam kenabian, pada
bulan Zulhijjah. Sebab keislamannya, dikarenakan penyiksaan Abu Jahal
kepada Rasulullah di bukit Shafa dan disampaikan kepada Hamzah oleh budak
perempuan Abdullah bin Jad’an. Keislaman Hamzah pada mulanya sebagai
pelampiasan harga diri seseorang yang tidak sudi keluarganya di hina, namun
Allah membuatnya cinta terhadap Islam dan menjadikan kebanggaan kaum muslimin.
Tiga
hari setelah Hamzah masuk Islam, Umar bin Khatab pun menyatakan keislamannya.
Tahun
kesepuluh kenabian istri Rasulullah Khadijah dan pamannya yang selalu
melindungi Rasulullah dari kaum musyrikin yaitu Abu Thalib wafat. Tahun ini
disebut tahun Amul Huzni (tahun kesedihan).
REMAJA TELADAN
Kala itu belum ada sistem kepolisian maupun peradilan.
Masing-masing suku menyelesaikan persoalan diantara mereka menurut cara mereka
sendiri. Jika suku yang lemah diperlakukan sewenang-wenang oleh seorang dari
suku yang berkuasa, suku yang lemah hanya bisa terdiam seribu-basa. Sebagai
contoh, seorang lelaki kaya mengambil paksa anak perempuan pengunjung Makkah
yang miskin, maka sang ayah tidak mempunyai jalan keluar untuk mendapatkan
kembali anak gadisnya.
Remaja Muhammad (SAW) tidak senang dengan kekacauan tatanan
demikian. Dikumpulkannya beberapa pemuda dan dibentuknya satuan sukarelawan
untuk melawan kejahatan. Mereka memberi dukungan kepada suku-suku yang miskin
dan lemah. Kelompok ini sangat berhasil dalam mencapai berbagai
tujuan/sasarannya. Hal ini bukanlah sebuah langkah biasa. Langkah ini dengan
cepat membawa perubahan total pada tatanan peradilan di Makkah, dan penghargaan
masyarakat pun tertuju kepada remaja Muhammad (SAW).
PEDAGANG YANG JUJUR
Kejujuran, perilaku sopan-santun, kerja keras, dan
kecerdasan pemuda Muhammad (SAW) merebut hati setiap orang. Hampir seluruh
orang Quraisy adalah pedagang. Khadijah (RA) adalah seorang janda kaya. Ia
meminta Muhammad (SAW) untuk memasarkan barang-barang dagangannya ke Syria.
Seorang pendeta yang lain berkata kepada Muhammad (SAW)
bahwa, kelak ia akan menghapuskan penyembahan berhala dan menyerukan agama yang
benar. Muhammad (SAW) kembali ke Makkah dengan membawa laba penjualan yang
melimpah. Khadijah (RA) pun mengutus lagi misi perdagangan untuk kedua kalinya,
dan sekali lagi misi ini menghasilkan laba yang menggembirakan. Maisarah,
pelayan Khadijah (RA), menyertai Muhammad (SAW) dalam dua perjalan dagang itu.
Ia menuturkan secara rinci berbagai kualitas yang dimiliki oleh Muhammad (SAW)
kepada Khadijah (RA). Muhammad (SAW) adalah juga seorang pemuda yang menarik.
Ketika itu Khadijah (RA) telah berusia 40 tahun, ia sangat tertarik dengan
pribadi Muhammad (SAW) yang baru berusia 25 tahun, dan berkeinginan menikah
dengannya. Maka, ia pun menitip pesan kepada Maisarah untuk Muhammad (SAW).
Namun setelah pesan disampaikan, Maisarah kembali kepadanya tanpa membawa
jawaban.
Maka ia meminta bantuan teman dekatnya, Nafisah untuk menyampaikan
pesan yang sama kepada Muhammad (SAW). Nafisah pun menyampaikan maksud hati
Khadijah dan memberikan motivasi kepada Muhammad (SAW) agar bersedia menikahi
Khadijah (RA). Akhirnya gayung bersambut, Muhammad menerima lamaran Khadijah
dan merekapun menikah. Setelah menikah, Muhammad (SAW) mengambil dua hal
penting.
Pertama, Muhammad (SAW) hendak menolong pamannya, Abu
Thalib, yang miskin. Maka diambilnya anak sang paman, yakni Ali bin Abi Thalib
(RA), untuk diasuh dan dibesarkannya.
Kedua, Khadijah (RA) menghadiahinya seorang budak yang
ketika itu masih beragama nasrani dan berasal dari Syria, yaitu Zaid bin Harits
(RA). Muhammad (SAW) memerdekakannya. Zaid (RA) pun sangat mengagumi
kepribadian Muhammad (SAW), maka ia menolak kembali kepada orangtuanya dan
memilih menghabiskan sisa umurnya menemani Muhammad (SAW).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Rasulullah lahir di tengah keluarga Bani Hasyim di Makkah
pada hari senin pagi, tanggal 9 Rabi’ul Awwal, permulaan tahun dari peristiwa
gajah dan empat puluh tahun setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan atau bertepatan
dengan tanggal 20 atau 22 bulan April tahun 571 M, berdasarkan penelitian ulama
terkenal, Muhammad Sulaiman Al-Manshurfury dan peneliti astronomi, Mahmud
Basya.
Awal-awal masa remaja beliau lewati dengan menggembalakan
kambing-kambing milik beberapa ahli Mekkah. Dan ketika mendekati usia
20-an tahun,beliau berpindah jalur dan terjun ke dunia perniagaan dan
perdagangan.
Masa dewasa Rosulullah beliau banyak mengalami berbagai
peristiwa, seperti:
-
Mulai
dibawa Asuhan Pamannya;
-
Dapat
meminta Hujan dengan Wajahnya;
-
Bahira
sang Rahib;
-
Perang
Pajar;
-
Hilful-Fudhul;
-
Menggembala
Kambing.
Dan begitu banyak yang Rosulullah alami dalam menjalankan
kehidupannya dari mulai suka sampai duka. Tetapi, walau bagaimana pun kita
tetap harus meneladani sikap Rasulullah yang baik itu. Sebagaimana
mestinya kita sebagai umat yang mencintainya. Dan kita patut untuk menjalankan
sunnahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Karim, Muhammad, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, 2007. An-Nadwi, Ali , Hasan, Abdul, Riwayat Hidup Rasulullah, Surabaya:PT Bina Ilmu Ofset, 2007
Al-Mubarokkfury,
Shafiyyurahman, Sirah Nabawiyah, Jakarta:IKAPI DKI,2003
Hasjmy,
Ahmad, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Bulan Bintang 1995.
Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyyur Rahman, Sirah Nabawiyah, alih bahasa Kathur Suhardi, Jakarta : Pustaka al-Kautsar 2007.
Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyyur Rahman, Sirah Nabawiyah, alih bahasa Kathur Suhardi, Jakarta : Pustaka al-Kautsar 2007.
K.
Hitti, Philip, History of The Arabs, Jakarta : Serambi, cet.II, 2006.
Sa’id
Ramadhan al-Buthy, Muhammad, Sirah Nabawiyah Analisis Ilmiah Manhajiah
Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rsulullah SAW , Alih bahasa Aunur Rofiq,
Shaleh Tamdidi Jakarta : Robbani Press 1999. Pulungan, J. Suyuthi,
Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah Ditinjau dari Pandangan
Al-Qur’an, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996.
Mukhtashar Siratir-Rasul, Syaikh Abdullah
An-Najdy, hal. 15-16.
Mukhtashar
Siratir-Rasul, Syaikh Abdullh An-Najdy, hal. 16; Sirah An-Nabawiyah,
Ibnu HIsyam, 1/180-183.
Sirah An-Nabawiyah,Ibnu Hisyam, I/184-187; Qalbu Jaziratil-Arab, hal.
260; Muhadharat Tarikhil-Umam Al-Islamiyyah, Al-Khadhry, I/63.
Mukhtashar
Siratir-Rasul, Syaikh Abdullah An-Najdy, hal. 30-31
Fiqhus-Sirah, Muhammad Al-Ghazaly, hal. 52.
Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, I/187-188.
Nikmati bonus dan promo menarik dari salampoker.com ! Hanya dengan Modal 10.000 Anda Bisa Menghasilkan Puluhan Juta Rupiah!! Pelayanan Cs yang Ramah Dan juga Responsive, Add Pin BBM: 5C270719. Klik link berikut ini untuk mendaftar http://www.salampoker.com/ref.php?ref=RONEY08
BalasHapus