BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Indonesia adalah Negara yang dimana
kebanyakan adalah orang yang menganut agama Islam, karena dalam agama ini tidak
ada sistemkasta atau yang lainnya seperti dalam agama Hindu maupun agama Budha
yang dimana agama itu sudah berkembang sebelum kedatangan agama Islam. Dalam
agama Islam derajat seseorang itu sama, baik ia kaya atau miskin, yang
menjadikan derajat orang itu tinggi adalah keimanan dan ketakwaan. Inilah yang
menyebabkan kebanyakan orang memilih Islam sebagai agama yang patut untuk di
ikuti atau di yakini. Dalam agama Islam ini Allah telah berfirman kepada
manusia agar ia saling menyampaikan agama Islam kepada orang lain, yang dimana
Firman itu berbunyi “sampaikanlah ajaranku walau satu ayat”.
Rasulullah SAW telah menyampaikan
ajaran Allah kepada seluruh penduduk Makkah selama berpuluhan tahun dengan
mendapatkan berbagai rintangan yang ia hadapi, sebenarnya masyarakat pada wakyu
itu sudah yakin dengan agama Islam , tapi para bangsawan kaum quraisy membuanh
jauh-jauh keyakinan itu, sebab dalam Islam ini tidak mengenal aakn system kasta
atau perbedaan yang lain, jadi kaum bangsawan sulit untuk di ajak masuk Islam,
dan dengan kesabaran dan dan akhirya agama itu dapat di terima oleh orang-orang
baik kaum bangsawan maupun rakyat jelata.Akhirnya agama Islam pun semakin
berkembang.
Dari sinilah akhirnya Islam dapat
masuk dan berkembang di Indonesia ini. Seiring dengan berkembangnya Islam ini
para sejarawan melakukan berbagai penelitian tentang bagaimana cara masuk dan
berkembangnya Islam di Indonesia ini, yang kemudian adanya berbagai teori yang
muncul dalam penelitian-penelitian yang di lakukan oleh para sejarawan.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan tentang bagaimana
Islamdatang ke Pulau Sumatra
2. Menjelaskan tentang
kerajaan-kerajaan di pulau Sumatra
3. Menjelaskan tentang berbagai macam
peninggalan Pulau Sumatra setelah Islam datang.
1.3
TUJUAN
1. Untuk mengingat kembali tentang
bagaimana Islam masuk pulau sumatra
2. Supaya kita bisa mengetahui
peninggalan-peninggalan kerajaan islam di pulau Sumatra
3. Untuk mengetahui kerajaan-kerajaan
yg terdapat di pulau sumatra
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LANDASAN TEORI
PENGERTIAN KERAJAAN
Kerajaan merupakan salah satu
sitempemerintahan yang dijalankan berdasarkan sistem kekeluargaan yang dimana
sistempemerintahan ini merupakan sistempemerintahan yang sah yang di dasarkan
dengan agama.
KERAJAAN ISLAM DI SUMATRA
A.
AWAL MULA KERAJAAN ISLAM DI SUMATERA
Di Indonesia, kehadiran Islam secara
lebih nyata terjadi sekitar akhir abad 13 M, yakni dengan adanya makam Sultan
Malik al-Saleh, terletak di kecamatan Samudra di Aceh utara. Pada makam
tersebut tertulis bahwa dia wafat pada Ramadhan 696 H/1297 M. Dalam hikayat
Raja-raja Pasai dan Sejarah Melayu Malik, dua teks Melayu tertua Malik Al-Saleh
digambarkan sebagai penguasa pertama Kerajaan Samudra Pasai (Hill, 1960;
Ibrahim Alfian, 1973, dalam artikel Ambary).
Tetapi sebenarnya Sejak abad ke-7 M,
kawasan Asia tenggara mulai berkenalan dengan tradisi Islam. Ini terjadi karena
para pedagang muslim, yang berlayar di kawasan ini, singgah untuk beberapa
waktu. Pengenalan Islam lebih intensif, khususnya di semenanjung Melayu dan
nusantara Catatan Marco Polo yang mengunjungi Perlak dan tempat lain di wilayah
ini pada 1292 tertulis bahwa pada proses islamisasi terjadi, persentuhan
pedagang muslim dengan penduduk setempat telah terjadi disana untuk sekian lama
hingga sebuah kerajaan Muslim berdiri pada abad ke-13 M, Samudra pasai.
Pendiri kerajaan tersebut bisa
dihubungkan dengan kelemahan kerajaan Sriwijaya sejak abad ke-12 dan ke-13 M
sebagaimana dituturkan oleh Chou-Chu-Fei dalam catatan Ling Wa-Tai-ta (1178 M)
(Tjandrasasmmita, 13- 14). Berdirinya kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 M
merupakan bukti masuknya Islam di Sumatera, selain kerajaan Samudra Pasai juga
ada kerajaan Perlak, dan kerajaan Aceh. pada tahun 1978, peneliti Pusat Riset
Arkeologi Nasional Indonesia telah menemukan sejumlah batu Nisan di situs
Tuanku Batu Badan di Barus.
Yang terpenting dari temuan itu
adalah makam yang mencantumkan sebuah nama, yaitu Tuhar Amsuri, yang meninggal
pada 19 Safar 602 H, sebagaimana ditafsirkan oleh Ahmad Cholid Sodrie dari
pusat Riset Arjeologi Nasional, tapi ada penafsiran lain yang mengemukakan
bahwa Tuhar Amsuri meninggal pada 19 Safar 972. Tapi dari temuan Arkeologis di
barus dikatakan bahwa batu nisan Tuhar Amsuri tertanggal 602 lebih awal dari
batu nisan Sultan As-Salih yang tertanggal 696 H. Ini berarti jauh sebelum kerajaan
Samudra Pasai, sudah ada masyarakat Muslim yang tinggal di Barus, salah satu
tempat di sekitar pantai barat Sumatera (Tjandrasasmmita,15-16) Sumatera Utara
merupakan salah satu pusat perniagaan yang terpenting di Nusantara pada abad
ke- 7 M.
Sehingga Sumatera Utara menjadi
salah satu tempat berkumpul dan singgahnya para saudagar-saudagar Arab Islam.
Dengan demikian dakwah Islamiyah berpeluang untuk bergerak dan berkembang
dengan cepat di kawasan ini Hal ini berdasarkan catatan tua Cina yang
menyebutkan adanya sebuah kerajaan di utara Sumatera namanya Ta Shi yang telah
membuat hubungan diplomatic dengan kerajaan Cina. Ta Shi menurut istilah Cina
adalah istilah yang diberikan kepada orang-orang Islam.
Dan letaknya kerajaan Ta Shi itu
lima hari berlayar dari Chop’o (bagian yang lebih lebar dari malaka) di
seberang selat Malaka. Ini menunjukkan Ta Shi dalam catatan tua Cina itu ialah
Ta Shi Sumatera Utara, bukan Ta Shi Arab. Karena, Ta Shi Arab tidak mungkin di
capai dalam waktu lima hari. Islam semakin berkembang di Sumatera Utara setelah
semakin ramai pedagang – pedagang muslim yang datang ke Nusantara, karena Laut
Merah telah menjadi Laut Islam sejak armada roma dihancurkan oleh armada muslim
di Laut Iskandariyah.
Disamping itu , terdapat satu factor
besar yang menyebabkan para pedagang Islam Arab memilih Sumatera Utara pada
akhir abad ke- 7 M. Yaitu karena terhalangnya pelayaran mereka melalui Selat
Malaka karena disekat oleh tentara laut/Sriwijaya kerajaan Budha sebagai
pembalasan atas serangan tentara Islam atas kerajaan Hindu di Sind. Maka
terpaksalah mereka melalui Sumatera utara dengan pesisir barat Sumatera
kemudian masuk selat Sunda melalui Singapura menuju Kantun, Cina.
B.
KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI SUMATERA
1.
KERAJAAN PERLAK
Kata
Perlak berasal dari nama pohon kayu besar yaitu “Kayei Peureulak” (Kayu
Perlak). Kayu ini sangat baik digunakan untuk bahan dasar pembuatan perahu
kapal, sehingga banyak dibeli oleh perusahaan-perusahaan perahu kapal. Dan di
Perlak banyak tumbuh jenis pepohonan ini, sehingga disebut Negeri Perlak
(Perlak). Perlak merupakan salah satu pelabuhan perdagangan yang maju dan aman
pada abad ke- 8 M. sehingga menjadi tempat persinggahan kapal-kapal pedagang
muslim.
Dengan
demikian, secara tidak langsung berkembanglah masyarakat Islam di daerah ini.
Factor utamanya yaitu karena sebab pernikahan antara saudagar-saudagar muslim
dengan perempuan-perempuan pribumi. Sehingga menyebabkan lahir
keturunan-keturunan yang beragama Islam. Hal ini semakin berkembang sehingga
berdirinya kerajaan IslamPerlak yaitu pada hari selasa bulan muharram tahun 225
H (840 M). dan sultannya yang pertama adalah Syed Maulana Abdul Aziz Shah yang
bergelar Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah.
Kemudian
Bandar Perlak diganti namanya menjadi Bandar Khalifah. Islam terus berkembang
di Perlak, dan hal ini terlihat jelas pada abad ke – 13 M. pada abad ini,
perkembangan Islam di Perlak melebihi dari daerah-daerah lain di Sumatera. Hal
ini bersumber pada riwayat Marco Polo yang tiba di Sumatera pada tahun 1292 M.
Ia mengatakan bahwa pada saat iu di Sumatera terbagi dalam delapan kerajaan,
yang semuanya menyembah berhala kecuali satu, itu kerajaan Perlak. Kerajaan
Perlak terus berdiri hingga akhirnya bergabung dalam kerajaan Islam Samudera Pasai
pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik Al-Dzahir (1289 – 1326 M)
2.
KERAJAAN SAMUDERA PASAI
Raja
pertamanya adalah Sultan Malik as Shaleh. Beliau adalah keturunan dari Raja
Islam Perlak, yaitu Makhdum Sultan Malik Ibrahim Syah Joan (365 – 402 H/976 –
1012 M). Ada beberapa hal yang masih simpang siur mengenai Sultan Malik as
Shaleh. Ada yang menyebutkan beliau memeluk agama Hindu yang kemudian
diIslamkan oleh Syekh Ismail. Ada pula yang menyebutkan bahwa beliau sudah
memeluk agama Islam sejak awal.
Sebelum
bernama Samudra Pasai, kerajaan ini bernama kerajaan Samudra saja. Kerajaan
Samudra merupakan kerajaan yang makmur dan kaya. Juga memiliki angkatan tentara
laut dan darat yang teratur. Kerajaan Samudra semakin bertambah maju, yang
kemudian dikenal dengan nama “Samudera Pasai”, yaitu setelah dibangunnya Bandar
Pasai pada masa pemerintahan Raja Muhammad. Hubungan Kerajaan Samudra Pasai
dengan Kerajaan Perlak sangatlah baik.
Dan
hal ini makin dipererat dengan menikahnya Sultan Malik as Shaleh dengan putri
raja Perlak. Puncak kejayaan kerajaan Samudra Pasai yaitu pada masa
pemerintahan Sultan Al Malik Al Zahir (1326—1349/757—750 H).
3.
KERAJAAN ACEH
Kerajaan
ini berdiri pada abad ke- 13 M. Pada awalnya Aceh merupakan daerah taklukan
kerajaan Pidir. Namun berkat jasa Sultan Ali Mughiyat Syah, Aceh akhirnya mampu
melepaskan diri dan berdaulat penuh menjadi Kerajaan. Atas jasa beliau,
akhirnya Sultan Mghiyat Syah dinobatkan menjadi Raja pertama. Kerajaan Aceh
mengalami masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda
(1607—1638 M).
4.
KESULTANAN PALEMBANG
Berdasarkan
kisah Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan disebutkan seorang tokoh dari
Kediri yang bernama Arya Damar sebagai bupati Palembang turut serta menaklukan
Bali bersama dengan Gajah Mada Mahapatih Majapahit pada tahun 1343. Sejarawan
Prof. C.C. Berg menganggapnya identik dengan Adityawarman. Begitu juga dalam
Nagarakretagama, nama Palembang telah disebutkan sebagai daerah jajahan
Majapahit serta Gajah Mada dalam sumpahnya yang terdapat dalam Pararaton juga
telah menyebutkan Palembang sebagai sebuah kawasan yang akan ditaklukannya.
Selanjutnya
berdasarkan kronik Tiongkok nama Pa-lin-fong yang terdapat pada buku Chu-
fan-chi yang ditulis pada tahun 1178 oleh Chou-Ju-Kua dirujuk kepada Palembang,
dan kemudian sekitar tahun 1513, Tomé Pires seorang petualang dari Portugis
menyebutkan Palembang, telah dipimpin oleh seorang patih yang ditunjuk dari
Jawa yang kemudian dirujuk kepada kesultanan Demak serta turut serta menyerang
Malaka yang waktu itu telah dikuasai oleh Portugis.
Kemudin
pada tahun 1596, Palembang juga ditaklukan oleh kesultanan Banten. Seterusnya
nama tokoh yang dirujuk memimpin kesultanan Palembang dari awal adalah Sri
Susuhunan Abdurrahman tahun 1659. Walau sejak tahun 1601 telah ada hubungan
dengan VOC dari yang mengaku Sultan Palembang.
5.
KERAJAAN PAGARUYUNG
Kerajaan
Pagaruyung adalah sebuah kerajaan yang pernah berdiri di provinsi Sumatra Barat
sekarang dan daerah-daerah di sekitarnya. Nama kerajaan ini berasal dari
ibukotanya, yang berada di negeri Pagaruyung. Kerajaan ini didirikan oleh
seorang pangeran dari Majapahit bernama Adityawarman pada tahun 1347. Kerajaan
Pagaruyung menjadi Kesultanan Islam sekitar tahun 1600-an. Walaupun
Adityawarman merupakan pangeran dari Majapahit, ia sebenarnya memiliki darah Melayu.
Dalam
sejarahnya, pada tahun 1286, Raja Kertanegara menghadiahkan arca Amogapacha
untuk Kerajaan Darmasraya di Minangkabau. Sebagai imbalan atas pemberian itu,
Raja Darmas Raya memperkenankan dua putrinya, Dara Petak dan Dara Jingga untuk
dibawa dan dipersunting oleh bangsawan Singosari. Dari perkawinan Dara Jingga
inilah kemudian lahir Aditywarman.
6.
KERAJAAN MALAKA
Sebenarnya,
Kerajaan Malaka tidak termasuk wilayah Indonesia, melainkan masuk dalam Negara
Malaysia. Namun, kerajaaan ini memegang peranan penting dalam kehidupan politik
dan kebudayaan Islam di sekitar perairan Nusantara. Terletak di jalur pelayaran
dan perdagangan antara Asia Barat dengan Asia Timur. Sebelum menjadi kerajaan
yang merdeka, Malaka termasuk wilayah Majapahit.
Letak
Kerajaan Malaka sangat strategis, yaitu berada di Semenanjung Malaya dengan
ibukota di Malaka. Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran
Islam di Asia Tenggara, ketika Kerajaan Malaka mengalami masa kejayaan Pendiri
Malaka adalah Pangeran Parameswara, berasal dari Sriwijaya (Palembang). Ketika
di Sriwijaya terjadi perebutan kekuasaan pada abad ke-14 M, Parameswara
melarikan diri ke Pulau Singapura.
C.
PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM DI
SUMATRA
1. Masjid adalah tempat untuk beribadah
umat Islam.
Pada
umumnya, setiap kerajaan Islam mempunyai peninggalan sejarah berupa masjid.
Contoh
peninggalan sejarah berupa masjid adalah sebagai berikut.
a.
Masjid
Agung Demak yang didirikan oleh Walisanga. Masjid ini merupakan peninggalan
Kerajaan Demak.
b.
Masjid
Baiturrahman merupakan peninggalan Kerajaan Aceh. Masjid ini dibangun pada
tahun 1879–1881.
c.
Masjid
Agung Banten merupakan peninggalan Kerajaan Banten. Masjid ini didirikan Sultan
Ageng Tirtayasa.
d.
Masjid
Kudus terdapat di Kudus, Jawa Tengah yang didirikan oleh Sunan Kudus.
2. Makam
Makam
merupakan tempat untuk mengubur orang yang sudah meninggal. Letak makam umumnya
berada di lereng-lereng bukit. Akan tetapi banyak juga yang berada di tempat
datar.
a. Misalnya Makam Sultan Malik as
Shaleh dan Sultan Iskandar Muda (di NAD),
b. Makam Maulana Malik Ibrahim (di
Gresik, Jawa Timur),
c. serta makam rajaraja Gowa–Tallo (di
Makassar, Sulawesi Selatan).
3. Keraton
Keraton
atau istana merupakan bangunan yang luas untuk tempat tinggal raja dan
keluarganya. Beberapa keraton atau istana yang merupakan peninggalan kerajaan
Islamadalah sebagai berikut.
a. Keraton Kasunanan Surakarta (Jawa
Tengah).
b. Kasultanaan Jogjakarta (Jogjakarta).
c. Kasepuhan dan Kanoman Cirebon (Jawa
Barat).
d. Kasultanan Ternate (Maluku Utara).
e. Kasultanan Deli (Sumatra Utara).
4. Seni Ukir Seni ukir yaitu lukisan,
gambar, atau hiasan yang ditorehkan/dipahatkan pada kayu, batu, logam, dan lain
sebagainya.
Contoh
seni ukir terdapat pada masjid Mantingan (Jepara), ukiran kayu dari Cirebon,
ukiran pada makam (Gunongan) di Madura, ukiran pada gapura makam Sunan
Pandanaran (Klaten), dan gapura makam Sendang Dhuwur (Tuban).
5. Aksara, Kaligrafi, dan Naskah Aksara
yaitu sistemtanda-tanda grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.
Berikut
ini peninggalan sejarah yang berupa aksara.
a. Aksara Jawi (Arab Melayu), yaitu
aksara Arab yang terdapat di Sumatra dan Semenanjung Malaka.
b. Aksara Pegon yaitu aksara Arab dalam
bahasa Sunda dan Jawa.
c. Aksara Arab gundul yaitu aksara Arab
tanpa disertai baris dan harakat.
d. Kaligrafi yaitu seni menulis indah
menggunakan huruf Arab.
e. Naskah adalah karangan asli
seseorang yang masih berbentuk tulisan tangan. Naskah-naskah yang ditemukan
rata-rata berbahasa Arab.
f. Gharib al Hadist merupakan kumpulan
hadis. Disusun oleh Abu Ubaidah Alqassimbin Sallam. Naskah ini tersimpan di
perpustakaan Universitas Leiden Belanda.
g. Naskah yang disusun oleh Abu
Qurairah berisi tentang tauhid. Naskah ini tersimpan di British Museum London.
6. Seni Pertunjukan, Budaya, dan
Tradisi Seni pertunjukan memiliki beberapa macam bentuk. Misalnya tarian,
musik, atau lakon tertentu semacam wayang.
Berikut
ini contoh seni pertunjukan.
a. Seni tari: Saman, Seudati, Zapin,
dan Rudat.
b. Seni musik: rebana, orkes, dan
gambus.
c. Seni suara: qasidah dan shalawat.
d. Seni pakeliran: wayang Menak
(ceritanya dari Persia)
e. Adat istiadat: pakaian adat, upacara
adat, dan lain-lain.
7. Kesusastraan Peninggalan sejarah
Islam berupa karya sastra di antaranya sebagai berikut.
a. Hikayat, yaitu karya sastra lama
bercorak Islam yang berisi cerita pelipur lara atau pembangkit semangat.
Misalnya Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat Jauhar
Manikam.
b. Syair, yaitu sajak yang terdiri atas
empat bait di mana setiap baitnya terdiri empat baris. Misalnya Syair Peratun,
Syair Burung Pingai, dan Syair Burung Pungguh.
c. Suluk, yaitu kitab-kitab yang berisi
ajaran-ajaran tasawuf. Misalnya Suluk Suka Rasa, Suluk Wujil, serta beberapa
syair dan prosa tulisan Hamzah Fansuri.
d. Babad, yaitu cerita yang lebih
menekankan pada sejarah atau latar belakang kejadiannya. Misalnya Babad Tanah
Jawi atau riwayat para nabi, Kitab Manik Mayu, dan Kitab Ambia yang berisi
cerita dari Nabi Adam a.s. sampai Nabi Muhammad saw.
e. Kitab yang berisi ajaran moral dan
tuntunan hidup sesuai dengan syariat dan adat. Contoh kitab di antaranya
Tajus-Salatin (Mahkota Segala Raja) karya Bukhari al Jauhari, serta Bustanus-
Salatin dan Siratul Mustaqin karya Nurudin ar Raniri atas perintah Sultan
Iskandar Muda II.
BAB III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa pulau
sumatra dan pulau kalimantan merupakan pulau yang mayoritas kerajaan-nya adalah
kerajaan islam. Hal ini disebabkan dari terdapat banyak-nya kerajaan di pulau
sumatra yang dapat dibuktikan dari berbagai macam peninggalan-peninggalan kerajaan
islam yang terdapat di pulau tersebut.
Setelah Islam datang ke Indonesia terutama di Pulau Sumatra banyak
perubahan-perubahan yang terjadi terutama bagi rakyat yang menengah ke bawah.
Mereka lebih di hargai dan tidak tertindas lagi karena Islam tidak mengenal
sistem kasta, karena semua masyarakat memiliki derajat yang sama. Islam juga
membawa perubahan-perubahan baik di bidang politik, ekonomi dan agama. Islam
juga bisa mempersatukan seluruh masyarakat Indonesia untuk melawan dan memgusir
para penjajah.
2.
SARAN
Kami yakin dalam penulisan makalah
ini banyak sekali kekurangannya. Untuk itu kami mohon kepada para pembaca agar
dapat memberikan saran, kritikan, atau mungkin komentarnya demi kelancaran
tugas kelompok kami ini.
DAFTAR PUSTAKA
A.Hasymy, Sejarah
Masuk dan Berkembangnya Islam di Nusantara. Bandung: Al Maari. 1981.
Abdullah,
Taufik (Ed.). Sejarah Umat Islam Nusantara. Majelis Ulama Nusantara.
Djayadiningrat,
Hoesein. Islam in Nusantara, Islam The Straight Path. New York: Ronald
Press,t.t
Hamka. Sejarah
Umat Islam. Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD. 2002.
Hasbullah.
Sejarah Pendidikan Islam di Nusantara, Lintasan Sejarah pertumbuhan dan
Perkembangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2001.
Leur,
J.C. van. Nusantara Trade and Society. Bandung: Sumur Bandung. 1960.
Sunanto,
Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam Nusantara. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2005.
Schrieke. Nusantaran
sociological Studies, I
Thohir,
Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Melacak akar-akar
Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. 2004.
Yatim,
Badri. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar