Selasa, 17 November 2015

Sejarah kerajaan islam disumatera


BAB I
PENDAHULUAN
1.1         LATAR BELAKANG
Indonesia adalah Negara yang dimana kebanyakan adalah orang yang menganut agama Islam, karena dalam agama ini tidak ada sistemkasta atau yang lainnya seperti dalam agama Hindu maupun agama Budha yang dimana agama itu sudah berkembang sebelum kedatangan agama Islam. Dalam agama Islam derajat seseorang itu sama, baik ia kaya atau miskin, yang menjadikan derajat orang itu tinggi adalah keimanan dan ketakwaan. Inilah yang menyebabkan kebanyakan orang memilih Islam sebagai agama yang patut untuk di ikuti atau di yakini. Dalam agama Islam ini Allah telah berfirman kepada manusia agar ia saling menyampaikan agama Islam kepada orang lain, yang dimana Firman itu berbunyi “sampaikanlah ajaranku walau satu ayat”.
Rasulullah SAW telah menyampaikan ajaran Allah kepada seluruh penduduk Makkah selama berpuluhan tahun dengan mendapatkan berbagai rintangan yang ia hadapi, sebenarnya masyarakat pada wakyu itu sudah yakin dengan agama Islam , tapi para bangsawan kaum quraisy membuanh jauh-jauh keyakinan itu, sebab dalam Islam ini tidak mengenal aakn system kasta atau perbedaan yang lain, jadi kaum bangsawan sulit untuk di ajak masuk Islam, dan dengan kesabaran dan dan akhirya agama itu dapat di terima oleh orang-orang baik kaum bangsawan maupun rakyat jelata.Akhirnya agama Islam pun semakin berkembang.
Dari sinilah akhirnya Islam dapat masuk dan berkembang di Indonesia ini. Seiring dengan berkembangnya Islam ini para sejarawan melakukan berbagai penelitian tentang bagaimana cara masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia ini, yang kemudian adanya berbagai teori yang muncul dalam penelitian-penelitian yang di lakukan oleh para sejarawan.
1.2         RUMUSAN MASALAH 
1.      Menjelaskan tentang bagaimana Islamdatang ke Pulau Sumatra
2.      Menjelaskan tentang kerajaan-kerajaan di pulau Sumatra
3.      Menjelaskan tentang berbagai macam peninggalan Pulau Sumatra setelah Islam datang.

1.3         TUJUAN 
1.      Untuk mengingat kembali tentang bagaimana Islam masuk pulau sumatra 
2.      Supaya kita bisa mengetahui peninggalan-peninggalan kerajaan islam di pulau Sumatra
3.      Untuk mengetahui kerajaan-kerajaan yg terdapat di pulau sumatra

BAB II
PEMBAHASAN

2.1     LANDASAN TEORI PENGERTIAN KERAJAAN
Kerajaan merupakan salah satu sitempemerintahan yang dijalankan berdasarkan sistem kekeluargaan yang dimana sistempemerintahan ini merupakan sistempemerintahan yang sah yang di dasarkan dengan agama.

KERAJAAN ISLAM DI SUMATRA
A.           AWAL MULA KERAJAAN ISLAM DI SUMATERA
Di Indonesia, kehadiran Islam secara lebih nyata terjadi sekitar akhir abad 13 M, yakni dengan adanya makam Sultan Malik al-Saleh, terletak di kecamatan Samudra di Aceh utara. Pada makam tersebut tertulis bahwa dia wafat pada Ramadhan 696 H/1297 M. Dalam hikayat Raja-raja Pasai dan Sejarah Melayu Malik, dua teks Melayu tertua Malik Al-Saleh digambarkan sebagai penguasa pertama Kerajaan Samudra Pasai (Hill, 1960; Ibrahim Alfian, 1973, dalam artikel Ambary).
Tetapi sebenarnya Sejak abad ke-7 M, kawasan Asia tenggara mulai berkenalan dengan tradisi Islam. Ini terjadi karena para pedagang muslim, yang berlayar di kawasan ini, singgah untuk beberapa waktu. Pengenalan Islam lebih intensif, khususnya di semenanjung Melayu dan nusantara Catatan Marco Polo yang mengunjungi Perlak dan tempat lain di wilayah ini pada 1292 tertulis bahwa pada proses islamisasi terjadi, persentuhan pedagang muslim dengan penduduk setempat telah terjadi disana untuk sekian lama hingga sebuah kerajaan Muslim berdiri pada abad ke-13 M, Samudra pasai.
Pendiri kerajaan tersebut bisa dihubungkan dengan kelemahan kerajaan Sriwijaya sejak abad ke-12 dan ke-13 M sebagaimana dituturkan oleh Chou-Chu-Fei dalam catatan Ling Wa-Tai-ta (1178 M) (Tjandrasasmmita, 13- 14). Berdirinya kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 M merupakan bukti masuknya Islam di Sumatera, selain kerajaan Samudra Pasai juga ada kerajaan Perlak, dan kerajaan Aceh. pada tahun 1978, peneliti Pusat Riset Arkeologi Nasional Indonesia telah menemukan sejumlah batu Nisan di situs Tuanku Batu Badan di Barus.
Yang terpenting dari temuan itu adalah makam yang mencantumkan sebuah nama, yaitu Tuhar Amsuri, yang meninggal pada 19 Safar 602 H, sebagaimana ditafsirkan oleh Ahmad Cholid Sodrie dari pusat Riset Arjeologi Nasional, tapi ada penafsiran lain yang mengemukakan bahwa Tuhar Amsuri meninggal pada 19 Safar 972. Tapi dari temuan Arkeologis di barus dikatakan bahwa batu nisan Tuhar Amsuri tertanggal 602 lebih awal dari batu nisan Sultan As-Salih yang tertanggal 696 H. Ini berarti jauh sebelum kerajaan Samudra Pasai, sudah ada masyarakat Muslim yang tinggal di Barus, salah satu tempat di sekitar pantai barat Sumatera (Tjandrasasmmita,15-16) Sumatera Utara merupakan salah satu pusat perniagaan yang terpenting di Nusantara pada abad ke- 7 M.
Sehingga Sumatera Utara menjadi salah satu tempat berkumpul dan singgahnya para saudagar-saudagar Arab Islam. Dengan demikian dakwah Islamiyah berpeluang untuk bergerak dan berkembang dengan cepat di kawasan ini Hal ini berdasarkan catatan tua Cina yang menyebutkan adanya sebuah kerajaan di utara Sumatera namanya Ta Shi yang telah membuat hubungan diplomatic dengan kerajaan Cina. Ta Shi menurut istilah Cina adalah istilah yang diberikan kepada orang-orang Islam.
Dan letaknya kerajaan Ta Shi itu lima hari berlayar dari Chop’o (bagian yang lebih lebar dari malaka) di seberang selat Malaka. Ini menunjukkan Ta Shi dalam catatan tua Cina itu ialah Ta Shi Sumatera Utara, bukan Ta Shi Arab. Karena, Ta Shi Arab tidak mungkin di capai dalam waktu lima hari. Islam semakin berkembang di Sumatera Utara setelah semakin ramai pedagang – pedagang muslim yang datang ke Nusantara, karena Laut Merah telah menjadi Laut Islam sejak armada roma dihancurkan oleh armada muslim di Laut Iskandariyah.
Disamping itu , terdapat satu factor besar yang menyebabkan para pedagang Islam Arab memilih Sumatera Utara pada akhir abad ke- 7 M. Yaitu karena terhalangnya pelayaran mereka melalui Selat Malaka karena disekat oleh tentara laut/Sriwijaya kerajaan Budha sebagai pembalasan atas serangan tentara Islam atas kerajaan Hindu di Sind. Maka terpaksalah mereka melalui Sumatera utara dengan pesisir barat Sumatera kemudian masuk selat Sunda melalui Singapura menuju Kantun, Cina.

B.            KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI SUMATERA
1.      KERAJAAN PERLAK
Kata Perlak berasal dari nama pohon kayu besar yaitu “Kayei Peureulak” (Kayu Perlak). Kayu ini sangat baik digunakan untuk bahan dasar pembuatan perahu kapal, sehingga banyak dibeli oleh perusahaan-perusahaan perahu kapal. Dan di Perlak banyak tumbuh jenis pepohonan ini, sehingga disebut Negeri Perlak (Perlak). Perlak merupakan salah satu pelabuhan perdagangan yang maju dan aman pada abad ke- 8 M. sehingga menjadi tempat persinggahan kapal-kapal pedagang muslim.
Dengan demikian, secara tidak langsung berkembanglah masyarakat Islam di daerah ini. Factor utamanya yaitu karena sebab pernikahan antara saudagar-saudagar muslim dengan perempuan-perempuan pribumi. Sehingga menyebabkan lahir keturunan-keturunan yang beragama Islam. Hal ini semakin berkembang sehingga berdirinya kerajaan IslamPerlak yaitu pada hari selasa bulan muharram tahun 225 H (840 M). dan sultannya yang pertama adalah Syed Maulana Abdul Aziz Shah yang bergelar Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah.
Kemudian Bandar Perlak diganti namanya menjadi Bandar Khalifah. Islam terus berkembang di Perlak, dan hal ini terlihat jelas pada abad ke – 13 M. pada abad ini, perkembangan Islam di Perlak melebihi dari daerah-daerah lain di Sumatera. Hal ini bersumber pada riwayat Marco Polo yang tiba di Sumatera pada tahun 1292 M. Ia mengatakan bahwa pada saat iu di Sumatera terbagi dalam delapan kerajaan, yang semuanya menyembah berhala kecuali satu, itu kerajaan Perlak. Kerajaan Perlak terus berdiri hingga akhirnya bergabung dalam kerajaan Islam Samudera Pasai pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik Al-Dzahir (1289 – 1326 M)

2.      KERAJAAN SAMUDERA PASAI
Raja pertamanya adalah Sultan Malik as Shaleh. Beliau adalah keturunan dari Raja Islam Perlak, yaitu Makhdum Sultan Malik Ibrahim Syah Joan (365 – 402 H/976 – 1012 M). Ada beberapa hal yang masih simpang siur mengenai Sultan Malik as Shaleh. Ada yang menyebutkan beliau memeluk agama Hindu yang kemudian diIslamkan oleh Syekh Ismail. Ada pula yang menyebutkan bahwa beliau sudah memeluk agama Islam sejak awal.
Sebelum bernama Samudra Pasai, kerajaan ini bernama kerajaan Samudra saja. Kerajaan Samudra merupakan kerajaan yang makmur dan kaya. Juga memiliki angkatan tentara laut dan darat yang teratur. Kerajaan Samudra semakin bertambah maju, yang kemudian dikenal dengan nama “Samudera Pasai”, yaitu setelah dibangunnya Bandar Pasai pada masa pemerintahan Raja Muhammad. Hubungan Kerajaan Samudra Pasai dengan Kerajaan Perlak sangatlah baik.
Dan hal ini makin dipererat dengan menikahnya Sultan Malik as Shaleh dengan putri raja Perlak. Puncak kejayaan kerajaan Samudra Pasai yaitu pada masa pemerintahan Sultan Al Malik Al Zahir (1326—1349/757—750 H).

3.      KERAJAAN ACEH
Kerajaan ini berdiri pada abad ke- 13 M. Pada awalnya Aceh merupakan daerah taklukan kerajaan Pidir. Namun berkat jasa Sultan Ali Mughiyat Syah, Aceh akhirnya mampu melepaskan diri dan berdaulat penuh menjadi Kerajaan. Atas jasa beliau, akhirnya Sultan Mghiyat Syah dinobatkan menjadi Raja pertama. Kerajaan Aceh mengalami masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607—1638 M).


4.      KESULTANAN PALEMBANG
Berdasarkan kisah Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan disebutkan seorang tokoh dari Kediri yang bernama Arya Damar sebagai bupati Palembang turut serta menaklukan Bali bersama dengan Gajah Mada Mahapatih Majapahit pada tahun 1343. Sejarawan Prof. C.C. Berg menganggapnya identik dengan Adityawarman. Begitu juga dalam Nagarakretagama, nama Palembang telah disebutkan sebagai daerah jajahan Majapahit serta Gajah Mada dalam sumpahnya yang terdapat dalam Pararaton juga telah menyebutkan Palembang sebagai sebuah kawasan yang akan ditaklukannya.
Selanjutnya berdasarkan kronik Tiongkok nama Pa-lin-fong yang terdapat pada buku Chu- fan-chi yang ditulis pada tahun 1178 oleh Chou-Ju-Kua dirujuk kepada Palembang, dan kemudian sekitar tahun 1513, Tomé Pires seorang petualang dari Portugis menyebutkan Palembang, telah dipimpin oleh seorang patih yang ditunjuk dari Jawa yang kemudian dirujuk kepada kesultanan Demak serta turut serta menyerang Malaka yang waktu itu telah dikuasai oleh Portugis.
Kemudin pada tahun 1596, Palembang juga ditaklukan oleh kesultanan Banten. Seterusnya nama tokoh yang dirujuk memimpin kesultanan Palembang dari awal adalah Sri Susuhunan Abdurrahman tahun 1659. Walau sejak tahun 1601 telah ada hubungan dengan VOC dari yang mengaku Sultan Palembang.

5.      KERAJAAN PAGARUYUNG
Kerajaan Pagaruyung adalah sebuah kerajaan yang pernah berdiri di provinsi Sumatra Barat sekarang dan daerah-daerah di sekitarnya. Nama kerajaan ini berasal dari ibukotanya, yang berada di negeri Pagaruyung. Kerajaan ini didirikan oleh seorang pangeran dari Majapahit bernama Adityawarman pada tahun 1347. Kerajaan Pagaruyung menjadi Kesultanan Islam sekitar tahun 1600-an. Walaupun Adityawarman merupakan pangeran dari Majapahit, ia sebenarnya memiliki darah Melayu.
Dalam sejarahnya, pada tahun 1286, Raja Kertanegara menghadiahkan arca Amogapacha untuk Kerajaan Darmasraya di Minangkabau. Sebagai imbalan atas pemberian itu, Raja Darmas Raya memperkenankan dua putrinya, Dara Petak dan Dara Jingga untuk dibawa dan dipersunting oleh bangsawan Singosari. Dari perkawinan Dara Jingga inilah kemudian lahir Aditywarman.




6.      KERAJAAN MALAKA
Sebenarnya, Kerajaan Malaka tidak termasuk wilayah Indonesia, melainkan masuk dalam Negara Malaysia. Namun, kerajaaan ini memegang peranan penting dalam kehidupan politik dan kebudayaan Islam di sekitar perairan Nusantara. Terletak di jalur pelayaran dan perdagangan antara Asia Barat dengan Asia Timur. Sebelum menjadi kerajaan yang merdeka, Malaka termasuk wilayah Majapahit.
Letak Kerajaan Malaka sangat strategis, yaitu berada di Semenanjung Malaya dengan ibukota di Malaka. Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Asia Tenggara, ketika Kerajaan Malaka mengalami masa kejayaan Pendiri Malaka adalah Pangeran Parameswara, berasal dari Sriwijaya (Palembang). Ketika di Sriwijaya terjadi perebutan kekuasaan pada abad ke-14 M, Parameswara melarikan diri ke Pulau Singapura.

C.           PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM DI SUMATRA
1.      Masjid adalah tempat untuk beribadah umat Islam.
Pada umumnya, setiap kerajaan Islam mempunyai peninggalan sejarah berupa masjid.

Contoh peninggalan sejarah berupa masjid adalah sebagai berikut.
a.         Masjid Agung Demak yang didirikan oleh Walisanga. Masjid ini merupakan peninggalan Kerajaan Demak.
b.         Masjid Baiturrahman merupakan peninggalan Kerajaan Aceh. Masjid ini dibangun pada tahun 1879–1881.
c.         Masjid Agung Banten merupakan peninggalan Kerajaan Banten. Masjid ini didirikan Sultan Ageng Tirtayasa.
d.        Masjid Kudus terdapat di Kudus, Jawa Tengah yang didirikan oleh Sunan Kudus.

2.      Makam
Makam merupakan tempat untuk mengubur orang yang sudah meninggal. Letak makam umumnya berada di lereng-lereng bukit. Akan tetapi banyak juga yang berada di tempat datar.
a.       Misalnya Makam Sultan Malik as Shaleh dan Sultan Iskandar Muda (di NAD),
b.      Makam Maulana Malik Ibrahim (di Gresik, Jawa Timur),
c.       serta makam rajaraja Gowa–Tallo (di Makassar, Sulawesi Selatan).

3.      Keraton
Keraton atau istana merupakan bangunan yang luas untuk tempat tinggal raja dan keluarganya. Beberapa keraton atau istana yang merupakan peninggalan kerajaan Islamadalah sebagai berikut.
a.       Keraton Kasunanan Surakarta (Jawa Tengah).
b.      Kasultanaan Jogjakarta (Jogjakarta).
c.       Kasepuhan dan Kanoman Cirebon (Jawa Barat).
d.      Kasultanan Ternate (Maluku Utara).
e.       Kasultanan Deli (Sumatra Utara).

4.      Seni Ukir Seni ukir yaitu lukisan, gambar, atau hiasan yang ditorehkan/dipahatkan pada kayu, batu, logam, dan lain sebagainya.
Contoh seni ukir terdapat pada masjid Mantingan (Jepara), ukiran kayu dari Cirebon, ukiran pada makam (Gunongan) di Madura, ukiran pada gapura makam Sunan Pandanaran (Klaten), dan gapura makam Sendang Dhuwur (Tuban).

5.      Aksara, Kaligrafi, dan Naskah Aksara yaitu sistemtanda-tanda grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.
Berikut ini peninggalan sejarah yang berupa aksara.
a.       Aksara Jawi (Arab Melayu), yaitu aksara Arab yang terdapat di Sumatra dan Semenanjung Malaka.
b.      Aksara Pegon yaitu aksara Arab dalam bahasa Sunda dan Jawa.
c.       Aksara Arab gundul yaitu aksara Arab tanpa disertai baris dan harakat.
d.      Kaligrafi yaitu seni menulis indah menggunakan huruf Arab.
e.       Naskah adalah karangan asli seseorang yang masih berbentuk tulisan tangan. Naskah-naskah yang ditemukan rata-rata berbahasa Arab.
f.       Gharib al Hadist merupakan kumpulan hadis. Disusun oleh Abu Ubaidah Alqassimbin Sallam. Naskah ini tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden Belanda.
g.      Naskah yang disusun oleh Abu Qurairah berisi tentang tauhid. Naskah ini tersimpan di British Museum London.

6.      Seni Pertunjukan, Budaya, dan Tradisi Seni pertunjukan memiliki beberapa macam bentuk. Misalnya tarian, musik, atau lakon tertentu semacam wayang.
Berikut ini contoh seni pertunjukan.
a.       Seni tari: Saman, Seudati, Zapin, dan Rudat.
b.      Seni musik: rebana, orkes, dan gambus.
c.       Seni suara: qasidah dan shalawat.
d.      Seni pakeliran: wayang Menak (ceritanya dari Persia)
e.       Adat istiadat: pakaian adat, upacara adat, dan lain-lain.

7.      Kesusastraan Peninggalan sejarah Islam berupa karya sastra di antaranya sebagai berikut.
a.       Hikayat, yaitu karya sastra lama bercorak Islam yang berisi cerita pelipur lara atau pembangkit semangat. Misalnya Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat Jauhar Manikam.
b.      Syair, yaitu sajak yang terdiri atas empat bait di mana setiap baitnya terdiri empat baris. Misalnya Syair Peratun, Syair Burung Pingai, dan Syair Burung Pungguh.
c.       Suluk, yaitu kitab-kitab yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Misalnya Suluk Suka Rasa, Suluk Wujil, serta beberapa syair dan prosa tulisan Hamzah Fansuri.
d.      Babad, yaitu cerita yang lebih menekankan pada sejarah atau latar belakang kejadiannya. Misalnya Babad Tanah Jawi atau riwayat para nabi, Kitab Manik Mayu, dan Kitab Ambia yang berisi cerita dari Nabi Adam a.s. sampai Nabi Muhammad saw.
e.       Kitab yang berisi ajaran moral dan tuntunan hidup sesuai dengan syariat dan adat. Contoh kitab di antaranya Tajus-Salatin (Mahkota Segala Raja) karya Bukhari al Jauhari, serta Bustanus- Salatin dan Siratul Mustaqin karya Nurudin ar Raniri atas perintah Sultan Iskandar Muda II.
















BAB III
PENUTUP
1.                  KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa pulau sumatra dan pulau kalimantan merupakan pulau yang mayoritas kerajaan-nya adalah kerajaan islam. Hal ini disebabkan dari terdapat banyak-nya kerajaan di pulau sumatra yang dapat dibuktikan dari berbagai macam peninggalan-peninggalan kerajaan islam yang terdapat di  pulau tersebut. Setelah Islam datang ke Indonesia terutama di Pulau Sumatra banyak perubahan-perubahan yang terjadi terutama bagi rakyat yang menengah ke bawah. Mereka lebih di hargai dan tidak tertindas lagi karena Islam tidak mengenal sistem kasta, karena semua masyarakat memiliki derajat yang sama. Islam juga membawa perubahan-perubahan baik di bidang politik, ekonomi dan agama. Islam juga bisa mempersatukan seluruh masyarakat Indonesia untuk melawan dan memgusir para penjajah.

2.                  SARAN
Kami yakin dalam penulisan makalah ini banyak sekali kekurangannya. Untuk itu kami mohon kepada para pembaca agar dapat memberikan saran, kritikan, atau mungkin komentarnya demi kelancaran tugas kelompok kami ini.


















DAFTAR PUSTAKA

A.Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Nusantara. Bandung: Al Maari. 1981.
Abdullah, Taufik (Ed.). Sejarah Umat Islam Nusantara. Majelis Ulama Nusantara.
Djayadiningrat, Hoesein. Islam in Nusantara, Islam The Straight Path. New York: Ronald Press,t.t
Hamka. Sejarah Umat Islam. Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD. 2002.
Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Nusantara, Lintasan Sejarah pertumbuhan dan Perkembangan.  Jakarta:  PT RajaGrafindo Persada. 2001.
Leur,  J.C. van. Nusantara Trade and Society. Bandung: Sumur Bandung. 1960.
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam Nusantara. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005.
Schrieke. Nusantaran sociological Studies, I
Thohir,  Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Melacak akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2004.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar