A.
Malaikat
Kabah
adalah rumah ibadah pertama yang dibangun di muka bumi, hal ini ditegaskan
dalam Surat Ali Imran ayat 96-97: "Sesungguhnya rumah yang
mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia ialah Baitullah yang di
Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya
terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) Maqam Ibrahim.... (QS Ali
Imran [3]: 96-97)
Ayat
ini diterangkan oleh para ulama sebagai bantahan Allah SWT kepada kaum ahli
kitab yang mengatakan bahwa awal mula rumah ibadah yang diciptakan adalah
Baitul Maqdis atau Aqsha. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim
dari Abi Dzar, Rasulullah saw menyatakan bahwa perbedaan waktu dibangunnya
Baitullah di Mekah dengan Baitul Maqdis di Yerusalem adalah empat puluh tahun.
Ayat ini juga menjadi hujjah atau alasan bagi para ulama yang berpendapat bahwa
yang pertama mendirikan Kabah adalah para malaikat, bukan manusia.
Surat
Ali Imran ayat 96-97 tadi juga menjadi dalil bahwa yang pertama kali membangun
Kabah adalah para malaikat. Buktinya dalam kalimat Al-Qur'an tadi menggunakan
kalimat "untuk (tempat ibadah) manusia وَضَعَ لِلنَاسِ Ini berarti Ka’bah
sudah ada sebelum manusia ada, karena diperuntukkan manusia. Berarti sangat
jelas bahwa yang membangun Ka’bah pertama kali bukanlah manusia, melainkan para
malaikat. Posisi Kabah ini berada tepat sejajar dengan Baitul Makmur di 'Arsy
yang dijadikan tempat tawafnya para malaikat. Bahkan, Imam Al-Azraqi mengatakan,
jika Baitul Makmur (di Arsy) runtuh maka akan menimpa Baitullah (di Mekah).
Seorang
sejarawan Mekah, Imam Al-Azraqy, mengisahkan, suatu hari selepas tawaf, tepat
di dalam Hijir Ismail, Muhammad bin Ali bin Husain mengatakan, ayahnya
menerangkan kepada seorang penduduk Syam bahwa awal mula tawaf di Baitullah adalah
ketika Allah berfirman kepada malaikat, "Aku akan menjadikan khalifah di
muka bumi." Para malaikat langsung protes, karena Allah menciptakan
khalifah bukan dari bangsa mereka (malaikat) melainkan dari bangsa manusia yang
mereka anggap hanya akan mengotori dan menumpahkan darah. Kernudian, Allah
menjawab, "Aku lebih mengetahui apa yang kalian tidak ketahui!"
Dari
jawaban itu, para malaikat menganggap Allah murka atas mereka yang protes,
kemudian mereka menangis tersedu-sedu sambil berkumpul di 'Arsy dan merendahkan
diri sambil bertawaf (di 'Arsy). Sambil bertawaf, para malaikat membaca:"Aku
penuhi panggilan-Mu Ya Allah, Ya Tuhan kami, kami meminta ampunan kepada-Mu,
dan kami bertobat kepada-Mu."
Allah
kemudian melihat mereka. Setelah Allah turunkan rahmat kepada mereka, kemudian
Allah menciptakan sebuah rumah yang berada tepat di bawah 'Arsy. Allah
mengatakan kepada malaikat, "Tawaflah kamu semua di tempat ini dan
tinggalkan 'Arsy!" Bagi para malaikat, perkara ini lebih mudah daripada
bertawaf di 'Arsy yang merupakan Baitul Makmur.
Kemudian,
Allah mengutus para malaikat dan berfirman kepada mereka, "Bangunlah
sebuah rumah yang serupa dan sebesar itu di bumi." Allah memerintahkan
pula kepada penduduk bumi untuk bertawaf di tempat itu. Atiq bin Ghaits menggambarkan
bahwa Malaikat Jibril memukulkan sayapnya ke bumi, kemudian muncullah fondasi
yang mirip dengan tempat tawafnya para malaikat. Fondasi itu menancap kokoh ke
bumi. Kemudian, para malaikat melemparkan batu-batu yang beratnya tidak akan
sanggup dipikul oleh 30 orang sekalipun.
Bentuk
dan besar ukuran antara tempat ibadah para malaikat, Baitul Makmur, dan
Baitullah yang di Mekah yang dibangun Nabi Ibrahim juga sama persis, mulai dari
ukuran hingga bentuknya. Dalam riwayat Al-Azraqy dari Ibnu Juraij, Imam Ali bin
Abi Thalib pernah menggambarkan bahwa posisi Baitullah yang dibangun pilarnya
oleh Nabi Ibrahim, adalah basil tuntunan awan yang turun laksana mendung. Di
tengah-tengah awan itu terdapat kepala dan berbicara kepada Nabi Ibrahim,
"Ambillah ukuranku pada bumi jangan lebih dan jangan kurang." Barulah
Ibrahim menggaris di tanah, dan itulah yang disebut Bakkah, sedang apa yang ada
di sekelilingnya adalah Mekah.
(HR Al-Azraqy)
(HR Al-Azraqy)
B. Nabi Adam dan Nabi Shith
Menurut
Abdurrazzaq, diterima dari Ibnu Juraij dari Atha dan Ibnu Musayyab bahwa
sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepada Nabi Adam ketika turun dari surga ke
muka bumi. Dari kisah yang diabadikan dalam Al-Qur`an, Adam dan Hawa tertipu
oleh tipu daya setan dengan melanggar ketentuan yang telah diperintahkan Allah
kepada mereka berdua untuk tidak mendekati sebuah pohon. Namun Nabi Adam
melakukannya dan Allah marah sehingga ia diusir ke bumi. Hal ini dikisahkan
dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah [2]: 35-37
Ada
yang menamakan pohon khuldi sebagaimana tercantum dalam Surat Thaha ayat 120,
padahal itu adalah nama yang diberikan setan. Adam dan Hawa dengan tipu daya
setan memakan buah yang dilarang itu, dan mengakibatkan keduanya dikeluarkan
dari surga oleh Allah SWT. Yang dimaksud dengan setan di sini ialah iblis.
Tentang beberapa kalimat dari Allah SWT yang diterima oleh Adam, sebagian ahli
tafsir mengartikannya dengan kata-kata untuk bertaubat. Kisah pertaubatan Adam
itu kemudian disambung dalam surat Al-A'raf [7] ayat 22-23.
Dengan
kesungguhan taubat dan penyesalan yang tinggi, Adam dan Hawa turun ke bumi.
Mereka mengakui telah tergoda oleh setan dan meyakini betapa beruntungnya
mereka mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Allah berkata kepada Adam,
"Buatlah untuk-Ku rumah dan beribadahlah padanya sebagaimana engkau lihat
para malaikat beribadah di langit."
Kemudian,
dikisahkan oleh Atha', sesampainya di bumi, Adam membangun rumah itu dari lima
buah gunung, yaitu Haro, Tursina, Libanan, Judy, dan Turzeta. Imam Mawardi
menambahkan bahwa Nabi Adam membangun Baitullah seperti ia lihat di 'Arsy
dengan dibantu oleh Malaikat Jibril untuk memindahkan bebatuannya yang sangat
berat (bahkan tidak sanggup dipikul oleh 30 orang). Adam adalah orang pertama
yang melakukan shalat dan tawaf di sana. Hal ini dilakukan terus-menerus oleh
Adam hingga Allah SWT mendatangkan angin topan yang menyebabkan lenyapnya
bangunan Ka'bah tersebut. Yang tersisa hanya fondasi dasarnya.
Dalam
kitab Al-Ma'arif, Ibnu Qutaibah menerangkan bahwa sepeninggal Adam, yang
memakmurkan dan membangun Baitullah atau Ka'bah adalah Nabi Shith, anak
laki-laki Nabi Adam.
C. Nabi Ibrahim dan Ismail
Saat
Ismail dalam proses pertumbuhan menjadi dewasa, Ibrahim sering menjenguknya
dari Palestina. Suatu hari, Nabi Ismail diajak berdialog oleh Nabi Ibrahim,
"Sesungguhnya Allah telah menyuruhku untuk melakukan sebuah
pekerjaan." Ismail kemudian menyahut dengan kalimat, "Laksanakanlah
apa yang telah diperintahkan Allah."
"Apakah engkau akan membantunya?" tanya Nabi Ibrahim.
Ismail menjawab, "Aku siap untuk membantu."
"Sesungguhnya Allah ta'ala telah memerintahkan aku untuk membangun rumah di sini," tutur Ibrahim sambil menunjuk sebuah bukit yang kini menjadi Masjidil Haram.
"Apakah engkau akan membantunya?" tanya Nabi Ibrahim.
Ismail menjawab, "Aku siap untuk membantu."
"Sesungguhnya Allah ta'ala telah memerintahkan aku untuk membangun rumah di sini," tutur Ibrahim sambil menunjuk sebuah bukit yang kini menjadi Masjidil Haram.
Dikisahkan
oleh Imam Thabari, Nabi Ibrahim dibantu malaikat (Jibril). Ibrahim bertanya
kepada Jibril, "Apakah di tempat ini aku diperintahkan membangun rumah
Allah itu?" Kemudian Jibril menjawab, "Benar di tempat itu!"
Setelah
itu, jadilah fondasi yang pernah dibangun Nabi Adam yang merupakan petunjuk
Allah lewat malaikat-Nya kembali ditemukan Nabi Ibrahim setelah berabad-abad
lamanya tidak dipelihara (sepeninggal Nabi Shith, anak laki-laki Nabi Adam).
Bahkan, telah menjadi tandus dan tiada tanda-tanda kehidupan. Nabi Ibrahim dan
Ismail akhirnya membangun sebuah rumah di atas fondasi tersebut.
Ismail
bertugas membawa batu dan Ibrahim yang menyusunnya. Ketika susunan batu semakin
tinggi, Ismail membawakan sebuah batu untuk dipijak oleh Ibrahim. Batu inilah
yang kemudian diabadikan dengan mama "Maqam Ibrahim". Ismail terus
mengambilkan batu dan diberikan kepada Ibrahim. Kemudian, Ibrahim menyusun
batu-batu tersebut dengan berpijak pada batu yang disediakan Nabi Ismail tadi.
Ketika
Nabi Ibrahim dan Ismail sampai penyelesaian akhir dari sudut (rukun) bangunan
Baitullah, dan hanya tinggal satu bagian lagi belum tertutup, Nabi Ibrahim
kemudian berkata "Wahai anakku, ambillah satu batu yang memberikan daya
tarik bagi manusia." Kemudian Ismail memberikan sebuah batu. Ibrahim
berkata "Bukan batu seperti itu yang aku maksud." Ismail pun mencari
lagi batu-batu yang istimewa seperti yang dipinta ayahnya. Saat Ismail sudah
membawa batu temuannya, ternyata Nabi Ibrahim sudah memasangkan di bagian itu
sebuah batu yang Ismail mengetahuinya. Kemudian, Ismail bertanya ke ayahnya,
"Wahai ayahku, siapakah gerangan memberikan batu itu kepadamu?"
Ibrahim kemudian menjawab, "Telah datang kepadaku Malaikat dari langit
memberikan batu itu." Batu itulah kemudian dikenal dengan HajarAswad yang
posisinya tepat di sudut (rukun) dekat pintu Ka'bah. Selesai membangun Ka'bah,
Allah SWT menurunkan Surat Al-Baqarah ayat 127-129.
Bangunan
Baitullah yang dibuat oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail memiliki tinggi
bangunan 9 (sembilan) hasta, panjangnya dari Hajar Aswad hingga Rukun Syami
adalah 32 hasta, lebarnya dari Rukun Syami ke Rukun Gharbi 22 hasta, panjang
dari Rukun Gharbi ke Rukun Yamani 31 hasta, dan lebar dari Rukun Yamani ke
Hajar Aswad adalah 20 hasta. Rukun yang dimaksud di sini secara harfiah artinya
sudut atau pojok.
Nabi
Ibrahim membuat pintu Ka'bah sejajar dengan tanah dan tidak dibuatkan daun
pintunya. Pintu Ka'bah baru dibuat oleh Tuba Al-Humairi, seorang penguasa dari
Yaman, dan pintunya ditinggikan dari tanah. Selain bangunan kotak Ka'bah, sejak
Nabi Ibrahim telah dibentuk batu melingkar yang tidak ada rukun-nya. Batu melingkar
inilah yang disebut Hijir Ismail. Ada yang mengatakan bahwa Nabi Ibrahim
membangun Baitullah ini dalam usianya yang ke-100 tahun. Wallahu a'lam.
D. Pembangunan Ka'bah oleh Suku-suku Arab
Sepeninggal
Nabi Ibrahim, dikisahkan Ka’bah pernah rusak dan pernah dibangun kembali oleh
suku bangsa Amaliqah. Namun tidak banyak referensi yang menguatkan peristiwa
ini sehingga tidak ada yang bisa menerangkan secara rinci ihwal bangunan Ka'bah
pada masa ini.
Imam
Mawardi menerangkan setelah dibangun oleh bangsa Amaliqah, dalam perjalanan
waktu kemudian, Ka'bah terkena banjir besar dari dataran tinggi Mekah yang
mengakibatkan rusaknya dinding Ka'bah meskipun tidak roboh. Suku Jurhum-lah
yang kemudian membangunnya kembali seperti sedia kala dengan menambah bangunan di
luar Ka'bah untuk penahan luapan air bila terjadi banjir kembali.
Setelah
Bangsa Jurhum berlalu, Ka'bah kemudian sampai ke tangan Qushay bin Kilab. Ia
adalah seorang pemuka dari suku bangsa Quraisy. Qushay-lah yang pertama kali
membangun atap Ka'bah. Ia membuatnya dari kayu dum dan pelepah kurma.
Sepeninggal Qushay, bangsa Quraisy mulai mengurusi Ka'bah. Bangsa Quraisy
adalah suku bangsa dan keluarga dari Nabi Muhammad saw.
Ketika
Rasulullah saw menginjak dewasa (35 tahun), ada seorang wanita membuat percikan
api dari tungku yang mengakibatkan kebakaran pada bangunan Ka'bah. Bangsa
Quraisy merobohkannya kemudian membangunnya kembali. Di saat akan memasang
kembali Hajar Aswad, suku-suku kecil Bangsa Quraisy terlibat pertentangan,
karena merasa paling berhak untuk mengambil tugas itu. Karena perselisihan
tidak bisa diredakan, mereka bermusyawarah membuat sebuah kesepakatan siapa
yang pertama kali masuk Baitullah dari pintu Bani Syaiba, dialah yang paling
berhak untuk meletakkan Hajar Aswad di bangunan Ka'bah.
Yang
memenangi sayembara itu ternyata Muhammad (Rasulullah saw). Meskipun beliau
yang berhak untuk meletakkan Hajar Aswad, beliau memutuskan untuk mengerjakan
bersama-sama agar masing-masing suku Quraisy tetap merasa dihargai dan memiliki
kewenangan yang sama.
Dari
sinilah Muhammad dikenal sebagai pribadi yang bijaksana dan bisa dipercaya.
Muhammad segera membentangkan kain yang semua ujungnya dipegang oleh para
pimpinan Suku Quraisy. Hajar Aswad diletakkan di tengah-tengah kain dan dibawa
bersama-sama. Kemudian Muhammad memasangkan Hajar Aswad tersebut ke tempatnya
semula.
Saat
itu, Bangsa Quraisy membangun enam tiang di dalam Ka'bah dengan posisi dua
jajar. Atas usulan seorang tokoh, Hudzaifah bin Mughirrah, Ka'bah ditinggikan
pada bagian pintunya. Mughirrah ingin agar bangunan Ka'bah dilengkapi dengan
tangga dan hanya dimasuki oleh orang-orang yang disukai. Bila ada orang yang
tidak disukai masuk Ka'bah, masyarakat bisa melemparinya dan berarti Ka'bah
akan aman dan terbebas dari orang-orang yang tidak disukai oleh Bangsa Quraisy.
Dari usul ini, kemudian ketinggian Ka'bah berubah dari 9 hasta menjadi 18
hasta.
Sejak
masa pembangunan oleh Suku Quraisy, bangunan asli Ka'bah yang dibangun oleh
Nabi Ibrahim mengalami penyempitan hingga bentuknya seperti yang kita lihat
sekarang. Penyempitan itu terjadi di daerah Rukun Syami, sehingga membuat Hijir
Ismail tidak lagi masuk dalam lingkaran Ka'bah. Hijir Ismail seolah-olah berada
di luar bangunan Ka'bah. Hal ini dikuatkan melalui Hadits Nabii Muhammad saw.
Barangsiapa
yang ingin melaksanakan shalat di dalam Ka'bah meskipun pintunya ditutup rapat,
ia bisa melaksanakannya di dalam Hijir Ismail. Seperti yang diperintahkan
Rasulullah saw kepada Siti Aisyah.
E.
Pasca Zaman Nabi Muhammad SAW.
Pada
zaman Dinasti Yazid bin Mu'awiyah, bangunan Ka'bah mengalami kebakaran lagi.
Sampai datang musim haji tahun itu, Ka'bah belum direnovasi. Ketika kaum
muslimin berkumpul di depan Ka'bah, Abdullah bin Zubair berpidato sambil
meminta pendapat hadirin, "Apa yang harus kita lakukan dengan Ka'bah
ini?" Kemudian Ibnu Abbas mengusulkan agar segera dirobohkan dan dibangun
kembali. Namun, Ibnu Zubair menyanggahnya dengan kalimat, "Aku akan
melaksanakan shalat istikharah." Setelah Ibnu Zubair shalat istikharah,
barulah Ka'bah dirobohkan untuk dibangun kembali.
Diriwayatkan,
ketika membongkar bangunan Ka'bah, Ibnu Zubair melihat ada batu-batu berwarna
merah yang merupakan batu asli yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Ismail.
Batu-batu tersebut digambarkan seperti leher-leher unta. Selain itu, dalam
penggaliannya ditemukan sebuah kuburan yang diyakininya sebagai kuburan Siti
Hajar, ibunda Ismail.
Al-Azraqy
juga meriwayatkan ada sebuah kejadian luar biasa pada saat itu, yaitu ketika
Abdullah bin Mu'thi Al-Adawi meletakkan sebuah tongkat yang dipegangnya pada
salah satu sudut Ka'bah, lalu seluruh sudutnya bergerak dan dindingnya bergetar
hingga seluruh kota Mekah ikut bergetar. Orang-orang terkejut dan merasa cemas,
namun Ibnu Zubair hanya mengatakan, "Saksikanlah!" Lalu, Ibnu Zubair
membangunnya di atas fondasi yang telah ada sambil membuat dua pintu yang rata
dengan tanah dan sejajar dengan pintu pertama.
Ibnu
Zubair akhirnya menambahkan tinggi bangunan Ka'bah menjadi 27 hasta. Tebal
dindingnya 2 hasta, di dalamnya dibuat tiga tiang penyangga, bukan enam seperti
yang telah dibuat kaum Quraisy sebelumnya. Ibnu Zubair mendatangkan batu marmer
dari Yaman dan dibuat ventilasi untuk lubang udara dan cahaya. Dibuat juga dua
buah daun pintu sepanjang 11 hasta serta sebuah tangga kayu untuk naik ke atap
Ka'bah. Dindingnya diberi wewangian dari za'faran serta menutupnya dengan kain
(kiswah) yang dibuat oleh suku Qibthi (Mesir). Diriwayatkan bahwa Ibnu Zubair
telah menghabiskan 100 unta untuk menyelesaikan pembangunan ini. Setelah
selesai dibangun, Ibnu Zubair melaksanakan tawaf dan mengusap semua sudut
bangunan Ka'bah yang baru. (HR Al Azraqy)
Sekitar
tahun 1039 H, turun hujan lebat di kota Mekah. Banjir besar di Masjidil Haram
tidak bisa dibendung lagi, bahkan sampai mengakibatkan dinding Rukun Syami runtuh.
Atas perintah Sultan Murad Khan, kemudian Ka'bah dibangun kembali, dan selesai
pada tanggal 2 Dzulhijjah 1040 H. Pembangunan ini memakan waktu enam setengah
bulan. Inilah pembangunan Kabah terakhir hingga bentuknya seperti sekarang
yang kita lihat. Pintunya dinaikkan ke atas, dan Hijir Ismail tetap berada di
luar bangunan kotak Kabbah.
Fersi
Youtube https://www.youtube.com/watch?v=n6aMW-k6_Pg
Pembangunan
Kabah Oleh Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ismail a.s
Nabi
Ibrahim shallallahu 'alahi wa sallam telah membangun Ka'bah al Musyarrafah atas
perintah Allah, bangunannya dari batu, tingginya 9 hasta (4,5m), panjangnya
dari arah timur 32 hasta (16 m), dari arah barat 31 hasta (15,5m), dari arah
selatan 20 hasta (10m) dan dari arah selatan 22 hasta (11m).
Dia
tidak membuat atap untuk Ka'bah, dia membuka dua pintu yang sejajar dengan
tanah tanpa ada daun pintu yang menutup, dan membangun di utaranya
anjang-anjang sebagai kandang untuk kambing Ismail, yaitu yang disebut dengan
Hijir, dan malaikat Jibril 'alaihissalam turun dengan Hajar Aswad dan Ibrahim
meletakkannya di tempatnya.
Pembangunan
Kabah Oleh Kaum Quraisy
Disebutkan
dalam buku-buku sejarah bahwa seorang wanita meng'asapi Ka'bah dengan dupa, maka
percikan api dari tempat membakar dupa yang dia bawa terbang sehingga membakar
kiswah Ka'bah, dan datanglah banjir besar yang masuk ke Ka'bah, sehingga
temboknya pecah, kaum Quraisy ketakutan menghadapi hal ini dan bertekad untuk
memperbaharui bangunan Ka'bah, hal itu terjadi 6 tahun sebelum diutusnya Nabi
shallallahu talahi wa sallam.
Mereka mensyaratkan bahwa tidak boleh memasukkan hada haram dalam bangunan Ka'bah, namun mereka kehabisan hada yang halal untuk menyelesaikan bangunan Kabah, maka mereka mengurangi bangunan ka'bah dari arah Hijir sepanjang 6 hasta dan sejengkal (3 meter lebih sedikit).
Mereka mensyaratkan bahwa tidak boleh memasukkan hada haram dalam bangunan Ka'bah, namun mereka kehabisan hada yang halal untuk menyelesaikan bangunan Kabah, maka mereka mengurangi bangunan ka'bah dari arah Hijir sepanjang 6 hasta dan sejengkal (3 meter lebih sedikit).
Pembangunan Kabah Oleh Abdullah Bin
Zubair r.a
Di tahun 64 H/ 683 M Yazid bin
Mu'awiyah mengirim pasukan dengan pimpinan Hushain bin Namir untuk memerangi
AbduIlah bin Zubair, maka mereka mengepung Mekah dan melemparinya dengan
manjaniq sehingga berdampak kepada bangunan Ka'bah, bangunannya terbakar dan
tembok-temboknya rusak, dan setelah 27 hari dari masa pengepungan Yazid wafat,
maka pasukannya kembali ke Syam dan tidak memasuki Mekah, dan kekuasaan di
Mekah berada di tangan ibnu Zubair, maka dia memutuskan untuk merenovasi
bangunan Ka'bah dan mengembalikannya di atas pondasi-pondasi Ibrahim
'alaihissalam, untuk mewujudkan apa yang diidamkan oleh Rasulullah shallallahu
'alahi wa sallam, di mana dia mendengar bibinya (Aisyah) berkata bahwa Nabi
shallallahu 'alahi wa sallam berkata kepadanya: "Andai saja kaummu tidak
baru saja meninggalkan kejahiliyaah, niscaya aku akan memerintahkan supaya
Ka'bah itu dibongkar, maka aku akan memasukkan ke dalamnya apa yang telah
dikeluarkan darinya dan aku akan menyejajarkannya dengan tanah, dan aku akan
jadikan untuknya pintu di timur dan pintu di barat, dan dengannya aku telah mengembalikannya
kepada pondasi Ibrahim"
Oleh karena itu Ibnu Zubair memasukkan ke dalam Ka'bah apa yang telah dikeluarkan oleh kaum Quraisy sepanjang 6 hasta sejengkal, dan dia menjadikan untuknya dua pintu sejajar dengan tanah, satu di arah barat dan satu lagi di timur, dan dia menambah di ketinggiannya 27 Hasta (13,5m)
Pembangunan Kabah Oleh Hajjaj Bin Yusuf
Oleh karena itu Ibnu Zubair memasukkan ke dalam Ka'bah apa yang telah dikeluarkan oleh kaum Quraisy sepanjang 6 hasta sejengkal, dan dia menjadikan untuknya dua pintu sejajar dengan tanah, satu di arah barat dan satu lagi di timur, dan dia menambah di ketinggiannya 27 Hasta (13,5m)
Pembangunan Kabah Oleh Hajjaj Bin Yusuf
Bangunan Ibnu Zubair tidak berdiam
terlalu lama. di mana Abdul Malik bin Marwan mengirim bala tentara yang besar
ke Mekah dengan pimpinan Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqafi, maka diapun menguasainya
dan membunuh Ibnu Zubair, dan dia menulis surat kepada Kholifah Umawi Abdul
Malik bin Marwan melaporkan bahwa lbnu Zubair telah menambah bangunan Ka'bah
yang bukan termasuk darinya, maka diizinkan baginya untuk memperbaiki bangunan
Ka'bah dan mengembalikannya seperti pada zaman Quraisy, maka Hajjaj
merenovasinya di tahun 74 H/693M, dia menutup pintu yang di arah barat, dan
meninggikan pintu timur, membongkar tembok bagian utara dan mengeluarkan dari
bangunan Ka'bah 6 hasta lebih sejengkal ke arah Hijir Ismail, dia tidak merubah
tingginya, sebagian riwayat menyebutkan bahwa Abdul malik bin Marwan tatkala
mengetahui bahwa lbnu Zubair bersandar dalam pembangunannya atas dasar hadits
Aisyah radhiyallahu 'Anha maka dia menyesal karena telah memberikan izin kepada
Hajjaj untuk merubah bangunan Ka'bah.
Pembangunan Kabah Zaman Sultan Murad Khan al Utsmani
Di masa SuIthan Murad Khan Al
Utsmani bangunan Ka'bah rusak disebabkan hujan deras dan banjir yang
menggenangi Masjidil Haram sehingga mencapai ketinggian setengah tembok Ka'bah,
maka dia memerintahkan untuk merenoyasi bangunan Kabah di tahun 1040 1630 M
seperti semula, dan Ini adalah pembangunan Ka'bah terakhir dengan bentuknya
yang tetap sampai sekarang. Para khalifah, pemimpin dan para gubernur sepanjang
masa senantiasa memperbaiki kerusakan yang terjadi di Ka'bah. dan pada tahun
1417H Khadimul Haramain Raja Fand bin Abdul Aziz rahimahullah mengeluarkan
perintah untuk merenoyasi dan merehab bangunan Ka'bah secara menyeluruh, maka
dikerjakanlah pengkokohan pondasi-pondasi, perbaikan list pinggiran bagian
bawah Ka'bah, dan gelang-gelang untuk mengikat kiswah, serta penggilapan tembok
luar, menambal celah-celah di antara batu-batunya, dan mengganti dua atap Ka.bah
dengan dua atap dari besi
Rangkaian Pembangunan dan Renovasi Kabah dari Masa ke Masa
- See more at:
http://www.rumahallah.com/2012/11/sejarah-pembangunan-kabah-dari-awal.html

Nikmati bonus dan promo menarik dari salampoker.com ! Hanya dengan Modal 10.000 Anda Bisa Menghasilkan Puluhan Juta Rupiah!! Pelayanan Cs yang Ramah Dan juga Responsive, Add Pin BBM: 5C270719. Klik link berikut ini untuk mendaftar http://www.salampoker.com/ref.php?ref=RONEY08
BalasHapus