BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan
yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagaimacam suku bangsa, bahasa,
adat istiadat atau yang sering kita sebut kebudayaan.Keanekaragaman budaya yang
terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesiamerupakan negara
yang kaya akan budaya.Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kita pungkiri bahwa
kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih
global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan
daerah akan sangat berpengaruk terhadap
budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber
darikebudayaan daerah, akan sangat berpebgaruh pula terhadap kebudayaan daerah
/ kebudayaan lokal.Kebudayaan
merupakan suatau kekayaan yang sangat benilai karena selain merupakan cirikhas
dari suatu daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau
daerah.Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka
menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap
individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan
dilestarikan oleh setiap suku bangsa.
B.
Maksud dan Tujuan
Karena menjaga, memelihara dan melestarikan kebubayaan merupakan kewajiban setiap individu, maka dalam realisasinya saya mencoba menyusun makalah yang berjudul Kebudayaan Suku Jawa Tenggah yang didalamnya mengulas tentang berbagai kebudayaan tradisional Jawa Tengah/Jawa. Penyusunan makalan yang berjudul Budaya Suku Jawa ini bertujuan agar pembaca mengetahui bahwa suku Jawa merupakan suku yang kaya akan budaya sertamenyadari bahwa menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah merupakan kewajiban dari setiap orang
Karena menjaga, memelihara dan melestarikan kebubayaan merupakan kewajiban setiap individu, maka dalam realisasinya saya mencoba menyusun makalah yang berjudul Kebudayaan Suku Jawa Tenggah yang didalamnya mengulas tentang berbagai kebudayaan tradisional Jawa Tengah/Jawa. Penyusunan makalan yang berjudul Budaya Suku Jawa ini bertujuan agar pembaca mengetahui bahwa suku Jawa merupakan suku yang kaya akan budaya sertamenyadari bahwa menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah merupakan kewajiban dari setiap orang
BAB II
PEMBAHASAN
Suku Jawa
merupaka suku yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah. Suku Jawa adalah salah satu suku yang memiliki berbagai kebudayaan daerah,
diantaranya pakaian tradisional,kesenian tradisional, bahasa daerah, dan lain
sebagainya.
Diantara
sekian banyak kebudayaan daerah yang dimiliki oleh suku Jawa adalah sebagai berikut :
1.
Rumah Adat
Jawa Tengah merupakan salah satu
provinsi penting di Pulau Jawa. Selain karena hiruk-pikuk ekonominya, Provinsi
ini juga tersohor karena unsur kebudayaannya
yang masih terjaga.
Salah satu warisan leluhur yang menjadi daya pikat provinsi ini adalah Joglo.
Apa Joglo itu? Hakekatnya Joglo adalah sebutan bagi rumah adat Jawa Tengah.
Bangunan ini menarik dikaji, baik itu dari segi historis maupun arsitekturnya
yang sarat dengan nilai filosofis khas Jawa.
Joglo
Dan Unsur Pembangunnya
Sangat menarik untuk mengkaji rumah
adat Jawa Tengah ini sebab kita secara langsung akan bersinggungan dengan
nilai-nilai luhur. Jadi, Joglo bukan sekedar hunian. Lebih dari itu, ia adalah
simbol. Simak saja kerangka rumahnya yang berupa soko guru. Jika diamati, ada
empat pilar utama yang menjadi penyangga utama rumah. Tiang utama ini
masing-masing mewakili arah angin, barat-utara-selatan-timur. Lebih detil lagi,
di dalam soko guru terdapat apa yang dikenal dengan tumpangsari yang disusun
dengan pola yang terbalik dari soko guru.
Jika bagian-bagiannya dibedah, maka
rumah adat Jawa Tengah ini terdiri atas beberapa bagian yakni pendhopo,
pringgitan dan juga omah ndalem/omah njero. Yang dimaksud dengan Pendhopo
adalah bagian Joglo yang lazim dipakai untuk menjamu tetamu. Sementara itu,
Pringgitan sendiri merupakan bagian dari ruang tengah yang umum dipakai
menerima tamu yang lebih dekat. Sementara itu, yang dikenal dengan istilah Omah
Ndalem atau Omah Njero adalah ruang dimana keluarga bisanya bercengkrama. Ruang
keluarga ini pun dibagi lagi ke dalam beberapa ruangan (kamar/senthong), yakni
senthong tengah, kanan dan juga kiri.
Tak hanya pembagian ruangan, beberapa
fitur Joglo juga melambangkan nilai filosofis yang dalam. Sebut saja bagian
pintu rumah Joglo yang berjumlah tiga. Pintu utama di tengah, dan pintu lainnya
ada di kedua sisi (kanan dan kiri) rumah.Tata letak pintu ini tidak
sembarangan. Ia melambangkan kupu-kupu yang sedang berkembang dan berjuang di
dalam sebuah keluarga besar.
Selain itu, di dalam Joglo juga dikenal
sebuah ruangan khusus yang diberi nama Gedongan. Ia berperan sebagai tempat
perlindungan, tempat kepala keluarga mencari ketangan batin, tempat beribadah
dan masih banyak lagi kegiatan sakral lainnya. Di beberapa rumah Joglo,
Gedongan biasa digunakan multirangkap sebagai ruang istirahat atau tidur. Di
lain waktu, ia juga bisa dialihfungsikan sebagai kamar pengantin yang baru saja
menikah.
Simbol Status Sosial
Sama
seperti rumah adat di daerah lainnya, Joglo juga bisa dijadikan acuan untuk
menakar status sosial seseorang. Meski diakui sebagai rumah adat Jawa Tengah,
tapi tidak semua rakyat atau masyarakat Jawa Tengah memiliki rumah ini. Mengapa?
Sebab meski tampilannya cukup sederhana, namun kerumitan bahan baku serta
pembuatan menjadikan proses pembangunan Joglo memakan biaya juga waktu yang
melimpah. Dahulu, hanya kalangan priyayi dan bangsawan yang memiliki rumah apin
ini. Kini, mereka yang bukan bangsawan tapi berduit bisa saja membangun rumah
elegan dan klasik tersebut.
Joglo sebagai rumah tradisional
dikenal memiliki desain yang tidak sembarangan. Desain juga struktur ini kemudian
mengerucut pada pembagian rumah Joglo itu sendiri, antara lain:
- Rumah Joglo Pangrawit.
- Rumah Joglo Jompongan.
- Rumah Joglo Limasan Lawakan.
- Rumah Joglo Semar Tinandhu.
- RUmah Joglo Mangkurat.
- RUmah Joglo Sinom.
- RUmah Joglo Hageng.
Oleh karena cita rasa seni yang tinggi tercermin dari rumah
adat Jawa Tengah tersebut, tidak heran jika ia menjadi salah satu aset
budaya yang wajib untuk dilestarikan dari generasi yang satu hingga generasi
selanjutnya
2.
Pakaian Adat/Khas Jawa Tengah
Suku Jawa
mempunyai pakaian adat/tradisional yang sangat terkenal, yaitu kebaya, kemben,
dan kain tapih pinjung dengan stagen. Bagi para kaum laki-laki, khususnya
kerabat keraton adalah memakai baju beskap kembang-kembang atau motif bunga
lainnya. Pada kepala memakai destar (blankon), kain samping jarik, stagen untuk
mengikat kain samping, keris dan alas kaki (cemila). Pakaian ini dinamakan Jawi
Jangkep, yaitu pakaian laki-laki Jawa lengkap dengan keris. Kebaya merupakan pakaian khas Jawa Tengah yang sangat
terkenal, sehingga kini kebaya bukan hanya menjadi pakaian khas Jawa saja
tetapi sudah menjadi pakaian adat nasional. Itu merupakan suatu bukti bahwa
kebudayaan daerah merupakan bagian dari kebudayaannasional. Di Jawa ada
bermacam-macam pakain adat yang dikenakan dalam acara penikahan maupun dalam
acara adat lainnya. akaian Adat Jawa Tengah
Yang paling
populer dari pakaian adat Jawa Tengah adalah pakaian setelan kain kebaya, kain
kebaya yang ada di Jawa Tengah berbeda motif jika dibandingkan kebaya dari
Yogyakarta maupun daerah lain. Biasanya
yang membedakannya adalah pada motif batik serta model setelan cara pemakaian
kain kebaya-nya. Kalau dilihat sepintas, pakaian adat Jawa Tengah identik
dengan penggunaan kain kebaya dengan motif batik, dimana batik yang digunakan
merupakan batik tulis yang masih tergolong asli.
Macam-macam pakaian adat Jawa Tengah merupakan
warisan budaya nenek moyang yang patut kita lestarikan dan menjadi kebanggaan
bangsa Indonesia khususnya masyarakat Jawa.
3.
Kesenian Khas Jawa Tengah
a. Batik : Batik tidak hanya terkenal
di daerah Jawa Tengah saja tetapi juga di daerah lain di Indonesia pun memiliki
balik masing-masing. Namun setiap daerah memiliki motif yang berbeda. Di Jawa
Tengah mempunyai motif dasar yang relatif terikat pada pakem tertentu.
Motif-motif ini mempunyai sifat simbolis dan berlatarkan kebudayaan Hindu-Jawa.
b. Wayang
Kulit : Kesenian wayang dalam bentuknya yang asli timbul sebelum kebudayaan
Hindu masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada jaman Hindu Jawa. Figur
tokoh yang digambarkan untuk pertama kali adalah Batara Guru atau Sang Hyang
Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu.
c. Gamelan
Jawa : Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu yang digubah oleh Sunan Bonang, guna
mendorong kecintaan pada kehidupan Transedental (Alam Malakut)”Tombo Ati”
adalah salah satu karya Sunan Bonang. Sampai saat ini tembang tersebut masih
dinyanyikan dengan nilai ajaran Islam, juga pada pentas-pentas seperti:
Pewayangan, hajat Pernikahan dan acara ritual budaya Keraton.
d. Ketoprak
: Ketroprak merupakan suatu teater rakyat yang terkenal di Jawa Tengah.
e. Wayang Golek
merupakan kesenian tradisional dari Jawa Tengah yaitu kesenian yangmenapilkan
dan membawakan alur sebuah cerita yang bersejarah. Wayang Golek ini menampilkan
golek yaitu semacam boneka yang terbuat dari kayu yang memerankan tokohtertentu
dalam cerita pawayangan serta dimainkan oleh seorang Dalang dan diiringi
olehnyanyian serta iringan musik tradisional Jawa Tengah yang disebut dengan
degung.
f. Degung
merupakan sebuah kesenian Jawa yang biasany dimainkan pada acara
hajatan.Kesenian degung ini digunakan sebagai musik pengiring/pengantar.Degung
ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Tengah yaitu,
gendang,goong, kempul, saron, bonang, kacapi, suling, rebab, dan
sebagainya.Degung merupakan salah-satu kesenian yang paling populer di Jawa
Tengah, karena iringanmusik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara
hajatan yang masih menganut adattradisional, selain itu musik degung juga
digunakan sebgai musik pengiring hampir padasetiap pertunjukan seni tradisional Jawa Tengah lainnya.
g. Rampak Gendang
: Rampak Gendang merupakan kesenian yang berasal dari Jawa Tengah. Rampak
Gendang iniadalah pemainan menabuh gendang secara bersama-sama dengan
menggunakan iramatertentu serta menggunakan cara-cara tertentu untuk
melakukannya, pada umumnyadimainkan oleh
lebih dari empat orang yang telah mempunyai keahlian khusus dalammenabuh
gendang. Biasanya rampak gendang ini diadakan pada acara pesta atau pada acara ritual.
h. Calung Di daerah Jawa Tengah terdapat kesenian yang disebut Calung, calung ini
adalah kesenian yang dibawakan dengan cara memukul/mengetuk bambu yang telah
dipotong dan dibentuk sedemikian rupa dengan pemukul/pentungan kecil
sehingga menghasilkan nada-nada yang khas.Biasanya calung ini ditampilkan dengan dibawakan oleh 5 orang atau
lebih. Calung ini biasanya digunakan sebagai pengiring nyanyian Jawa atau
pengiring dalam lawakan.
i. Pencak Silat :Pencak silat merupakan kesenian yang berasal dari
daerah Jawa Tengah, yang kini sudahmenjadi kesenian Nasional.Pada awalnya pencak Silat ini merupakan tarian
yang menggunakan gerakan tertentu yanggerakannya itu mirip dengan gerakan bela
diri. Pada umumnya pencak silat ini dibawakanoleh dua orang atau lebih, dengan
memakai pakaian yang serba hitam, menggunakan ikat pinggang dari bahan kain
yang diikatkan dipinggang, serta memakai ikat kepala dari bahankain yang orang
Jawa menyebutnya Iket.Pada umumnya kesenian pencaksilat ini ditampilkan dengan
diiringi oleh musik yang disebutgendang penca, yaitu musik pengiring yang alat
musiknya menggunakan gendang danterompet.
j. Sisingaan :Sisingaan merupakan kesenian yang berasal dari daerah Subang Jawa
Tengah. Kesenian ini ditampilkan dengan cara menggotong patung yang berbentuk
seperti singa yang ditunggangi oleh anak kecil dan digotong oleh empat orang
serta diiringi oleh tabuhan gendang dan terompet. Kesenian ini biasanya
ditampilkan pada acara peringatan hari-hari bersejarah.
k. Kuda Lumping :Kuda
Lumping merupakan kesenian yang beda dari yang lain, karena dimainkan dengan
caramengundang roh halus sehingga orang yang akan memainkannya seperti
kesurupan.Kesenian ini dimainkan dengan cara orang yang sudah kesurupan itu
menunggangi kayu yangdibentuk
seperti kuda serta diringi dengan tabuhan gendang dan terompet. Keanehan
kesenianini adalah orang yang memerankannya
akan mampu memakan kaca serta rumput. Selain itu orang yang memerankannya akan
dicambuk seperti halnya menyambuk kuda. Biasanyakesenian ini dipimpin oleh
seorang pawang.Kesenian ini merupakan kesenian yang dalam memainkannya
membutuhkan keahlian yangsangat husus, karena merupakan kesenian yang cukup
berbahaya.
l. Bajidoran
:Bajidoran merupakan sebuah kesenian yang dalam memainkannya hampir sama
dengan permainan musik modern, cuma lagu yang dialunkan merupakan lagu
tradisional atau lagudaerah Jawa Tengah serta alat-alat musik yang
digunakannya adalah alat-alat musik tradisional Jawa Tengah seperti
Gendang, Goong, Saron, Bonang, Kacapi, Rebab, Jenglongserta Terompet.Bajidoran ini biasanya ditampilkan dalam sebuah
panggung dalam acara pementasan atauacara pesta.
m. Cianjuran
merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Kesenian ini menampilkan nyanyian
yangdibawakan oleh seorang penyanyi, lagu yang dibawakannya pun merupakan lagu
khas JawaTengah.
Masyarakat Jawa Tengah memberikan nama lain untuk nyanyian Cianjuran ini yaituMamaos yang artinya bernyanyi.
n. Kacapi Suling :Kacapi suling adalah kesenian
yang berasal dari daerah Jawa Tengah, yaitu permainan alatmusik tradisional yang hanya menggunakan Kacapi
dan Suling. Kacapi suling ini biasanyadigunakan untuk mengiringi nyanyian Jawa
yang pada umumnya nyanyian atau lagunyadibawakan oleh seorang penyanyi
perempuan, yang dalam bahasa Jawa disebut Sinden.
o. Reog Di daerah Jawa Tengah terdapat kesenian yang disebut Reog, kesenian ini
pada umumnyaditampilkan dengan bodoran, serta diiringi dengan musik tradisional
yang disebut Calung.Kesenian ini biasanya dimainkan oleh beberapa orang yang
mempunyai bakat melawak dan berbakat seni. Kesenian ini ditampilkan dengan
membawakan sebuah alur cerita yang kebanyakan cerita yang dibawakan adalah
cerita lucu atau lelucon.
4. Tari-tarian
Tradisional
a. Tari
serimpi : Tari Serimpi adalah jenis tarian tradisional Daerah Jawa Tengah.
Tarian ini diperagakan oleh empat orang penari yang semuanya adalah wanita.
Jumlah ini sesuai dengan arti kata serimpi yang berarti 4. Menurut Kanjeng
Brongtodiningrat, komposisi empat penari sebagai simbol dari empat penjuru mata
angin yakni Toya (air), Grama (api), Angin (udara) dan Bumi (tanah). Sedangkan
nama peranannya adalah Batak, Gulu, Dhada dan Buncit yang melambangkan tiang
Pendopo.
b. Tari
Bambangan Cakil, mengisahkan perjuangan Srikandi melawan Buto Cakil (raksasa).
Sebuah pelambang penumpasan angkara murka.
c. Tari
Enggat Enggot, diangkat dari tari tradisional Banyumas. Sesuai dengan ciri khas
daerahnya tari ini menyuguhkan gerak lincah dan jenaka, selaras dengan
dinamisnya irama musik calung yang mengiringinya.
d. Tari
Kendalen, merupakan tari keprajuritan gagah dan berani.
5. Adat
Istiadat
Ada beberapa adat istiadat yang biasa dilakukan masyarakat
Jawa Tengah, diantaranya :
a. Pada saat usia kehamilan 7 bulan,
diadakan acara nujuh bulanan atau mitoni.
b. Ketika bayinya lahir, diadakan
slametan, yang dinamakan brokohan
c. Acara tedak-siten, yaitu acara
dimana bayi yang berusia 245 hari untuk pertama kalinya menginjak tanah.
Didalam acara itu si anak di masukkan kedalam kurungan yang sudah dihiasi
pernak pernik.
d. Untuk acara pernikahan, biasanya
masyarakat Jawa Tengah melakukan budaya pingit atau tidak boleh saling bertemu
bagi mempelai pria dan wanita yang akan menikah.
e. Sehari sebelum acara pernikahan,
biasanya diadakan acara siraman bagi para pengantin. Dimana air siraman
tersebut sudah di campur dengan bermacam-macam bunga.
f. Upacara
brobosan, yaitu punya cara melintas di bawah mayat yang sudah di tandu dengan
cara berjongkok
g. Sudah
dijelaskan beberapa kebudayaan yang ada di daerah Jawa Tengah. Masih banyak
kesenian dan kebudayaan yang di miliki daerah Jawa Tengah ini. Dengan
mengetahui kebudayaan yang ada di Indonesia mampu membuat kita bangga dengan
kekayaan budaya yang di miliki Negara ini. Dan sebagai generasi yang baik
seudah sepatutnya kita menjaga dan melestarikan budaya leluhur agar tidak punah
dimakan oleh era modern dan budaya asing yang semakin meningkat.
h. kenduren wetonan
(wedalan) Di namakan wetonan karena tujuannya untuk selametan pada hari lahir
(weton, jawa) seseorang. Dan di lakukan oleh hampir setiap warga, biasanya 1
keluarga 1 weton yang di rayain , yaitu yang paling tua atau di tuakan dalam
keluarga tersebut. Kenduren ini di lakukan secara rutinitas setiap selapan hari
(1 bulan). Biasanya menu sajiannya hanya berupa tumpeng dan lauk seperti sayur,
lalapan, tempe goreng, thepleng, dan srundeng. tidak ada ingkung nya (ayam
panggang).
i. Kenduren Sabanan
(Munggahan) Kenduren ini menurut cerita tujuannya untuk menaik kan para
leluhur. Di lakukan pada bulan Sya’ban, dan hampir oleh seluruh masyarakat di
Watulawang dan sekitarnya, khususnya yang adatnya masih sama, seperti desa
peniron, kajoran, dan sekitarnya. Siang hari sebelum di laksanakan upacara ini,
biasanya di lakukan ritual nyekar, atau tilik bahasa watulawangnya, yaitu
mendatangi makan leluhur, untuk mendoakan arwahnya, biasanya yang di bawa
adalah kembang, menyan dan empos (terbuat dari mancung). Tradisi bakar kemenyan
memang masih di percaya oleh masyarakat watulawang, sebelum mulai kenduren ini
pun, terlebih dahulu di di jampi jampi in dan di bakar kemenyan di depan pintu.
Menu sajian dalam kenduren sabanan ini sedikit berbeda dengan kenduren Wedalan,
yaitu disini wajib memakai ayam pangang ( ingkung ).
j. Kenduren Likuran : Kenduren
ini di laksanakan pada tanggal 21 bulan pasa ( ramadan), yang di maksudkan
untuk memperingati Nuzulul Qur’an. dalam kenduren ini biasanya di lakukan dalam
lingkup 1 RT, dan bertempat di ketua adat, atau sesepuh di setiap RT. dalam
kenduren ini, warga yang datang membawa makanan dari rumah masing2, tidak ada
tumpeng, menu sajiannya nasi putih, lodeh ( biasanya lodeh klewek) atau
bihun, rempeyek kacang, daging, dan lalapan.
k. Kenduren Badan Lebaran /
mudunan
Kenduren ini di laksanakan pada hari Raya Idul Fitri, pada tanggal
1 sawal (aboge). kenduren ini sama
seperti kenduren Likuran,hanya tujuannya yang berbeda yaitu untuk menurunkan
leluhur. Yang membedakan hanya, sebelum kenduren Badan, biasanya di dahului
dengan nyekar ke makam luhur dari masing2 keluarga.
l.
Kenduren Ujar/tujuan tertentu : Kenduren ini di lakukan oleh
keluarga tertentu yang punya maksud atau tujuan tertentu, atau ayng punya ujar/
omong. Sebelum kenduren ini biasanya di awali dengan ritual Nyekar terlebih
dahulu. dan menu wajibnya, harus ada ingkung ( ayam panggang ). Kenduren ini
biasanya banyak di lakukan pada bulan Suro (muharram).
m. Kenduren Muludan
n. Kenduren ini di lakukan
pada tanggal 12 bulan mulud, sama seperti kenduren likuran, di lakukan di
tempat sesepuh, dan membawa makanan dari rumah masing- masing. biasanya dalam
kenduren ini ada ritual mbeleh wedus (motong kambing) yang kemudian di amsak
sebagai becek dalam bahasa watulawang (gulai).
6.
Senjata Tradisional
Keris
adalah senjata tradisional di daerah Jawa Tengah yang mendapat tempat penting
dalam kehidupan masyarakatnya. Keris dapat menunjukkan kedudukan seorang dalam
masyarakat. Senjata lainnya adalah pedang, tombak, dan perisai
Keris
ini memiliki panjang seperti sebuah pisau, hanya saja bentuknya yang tergolong
unik, karena bentuknya meliuk-liuk seperti seekor ular.
Menurut kisah-kisah masyarakat Jawa Tengah, Keris ini merupakan kebanggaan bagi kaum priyayi (kaum keraton) dan diselipkan di pinggang sebelah kiri sebagai perlambang keperkasaan dan kebangsawanan.
Menurut kisah-kisah masyarakat Jawa Tengah, Keris ini merupakan kebanggaan bagi kaum priyayi (kaum keraton) dan diselipkan di pinggang sebelah kiri sebagai perlambang keperkasaan dan kebangsawanan.
7.
Suku Budaya Jawa Tengah
Mayoritas penduduk Jawa
Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa,
di mana di kota Surakarta dan Yogyakarta
terdapat pusat istana
kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini. Suku minoritas yang cukup
signifikan adalah Tionghoa, terutama di kawasan perkotaan meskipun di
daerah pedesaan juga ditemukan. Pada umumnya mereka bergerak di bidang
perdagangan dan jasa. Komunitas Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan
banyak di antara mereka yang menggunakan Bahasa Jawa dengan logat yang kental
sehari-harinya. Selain itu di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan
pula komunitas Arab-Indonesia. Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka
biasanya bergerak di bidang perdagangan dan jasa.
Di daerah perbatasan
dengan Jawa Barat terdapat pula orang
Sunda yang
sarat akan budaya Sunda, terutama di wilayah Cilacap, Brebes, dan Banyumas. Di
pedalaman Blora (perbatasan dengan provinsi Jawa
Timur)
terdapat komunitas Samin yang terisolir, yang kasusnya hampir sama dengan orang
Kanekes di
Banten.
Bahasa
Meskipun Bahasa
Indonesia adalah
bahasa resmi, umumnya sebagian besar menggunakan Bahasa
Jawa sebagai bahasa
sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja dianggap sebagai Bahasa Jawa
Standar. Di samping
itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa; namun secara umum terdiri dari dua,
yakni kulonan dan timuran. Kulonan dituturkan di bagian
barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal; dialek ini
memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan Bahasa Jawa Standar.
Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, di antaranya
terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang. Di antara perbatasan kedua dialek
tersebut, dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek; daerah tersebut
di antaranya adalah Pekalongan dan Kedu.
Di wilayah-wilayah
berpopulasi Sunda, yaitu di Kabupaten
Brebes bagian
selatan, dan Kabupaten
Cilacap bagian
utara sekitar kecamatan Dayeuhluhur penduduknya yang merupakan suku Sunda masih
menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-harinya, sebagai bagian dari
peninggalan kerajaan Galuh di Cilacap dan Brebes,
Dialek Bahasa
Sunda yang
ada di wilayah Jawa Tengah dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Bahasa Sunda dialek Timur-Laut, digunakan di wilayah Kabupaten
Kuningan, Kabupaten
Cirebon wilayah
timur dan Kabupaten Brebes wilayah Barat dan Selatan.
2. Bahasa Sunda dialek Tenggara, digunakan di wilayah Kabupaten
Ciamis sekitar
Kota Ciamis dan Kota Banjar dan wilayah Kabupaten
Cilacap bagian
Utara.
Berbagai macam dialek yang terdapat
di Jawa Tengah :
1.
dialek
Pekalongan
2.
dialek
Kedu
3.
dialek
Bagelen
4.
dialek
Semarang
5.
dialek
Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)
6.
dialek
Blora
7.
dialek
Surakarta
8.
dialek
Yogyakarta
9.
dialek
Madiun
10. dialek Banyumasan (Ngapak)
11. dialek Tegal-Brebes
8.
Lagu
Daerah
Adalah lagu atau musik yang berasal dari
suatu daerah tertentu dan menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat daerah
tersebut maupun rakyat lainnya. Bentuk lagu ini sangat sederhana dan
menggunakan bahasa daerah atau bahasa setempat. Lagu daerah banyak yang
bertemakan kehidupan sehari-hari sehingga mudah untuk dipahami dan mudah
diterima dalam berbagai kegiatan rakyat. Pada umumnya pencipta lagu
daerah ini tidak diketahui lagi alias noname (NN). Menurut sifat dan
keberasalannya lagu daerah dibedakan menjadi dua. Lagu rakyat dan Lagu klasik.
Lagu rakyat yaitu lagu yang berasal dari rakyat di suatu daerah. Lagu rakyat
tersebar secara alami yang disampaikan secara lisan dan turun-temurun. Contoh
lagu rakyat yaitu lagu yang dipakai untuk pernikahan, kematian, berladang,
berlayar, menenun, dsb.
Lagu klasik
yaitu lagu yang dikembangkan di pusat-pusat pemerintahan rakyat lama seperti
ibikota kerajaan atau kesultanan. Lagu klasik dinilai lebih agung dibandingkan
lagu rakyat saat pembawaannya. Ini disebabkan karena lagu klasik memiliki
fungsi yang lain, yaitu diterapkan pada upacara-upacara adat kerajaan.
Fungsi lagu daerah banyak sekali. Diantaranya..
1)
Upacara Adat.
Di Sumba sebagai pengiring roh
dalam upacara Merapu dan musik angklung dalam upacara Seren Taun (panen padi)
di Sunda.
2)
Pengiring tari dan pertunjukan
Lagu lagu langgam yang dipadu
dengan gamelan di jawa dipakai untuk mengiringi pementasan tari Serimpi di jawa
tengah. Bisa juga dipakai unuk pertunjukan wayang kulit, kethoprak, ludruk,
drama dsb.
3)
Media Bermain
Contohnya cublak cublak suweng dari
Jawa Tengah, ampar ampar pisang di Kalimantan Selatan, dan pok ame ame dari
Betawi.
4)
Sebagai media komunikasi
Pertunjukan musik atau lagu di
suatu tempat dapat dipakai media komunikasi secara tidak langsung yang
ditandakan dengan banyaknya orang yang melihat pertunjukan.
5)
Sebagai media penerangan
Kini lagu dalam aneka iklan
layanan masyarakat maupun lagu populer dipakai sebagai media penerangan.
Contohnya lagu tentang pemilu, imunisasi, juga lagu bernafaskan agama
menjalankan fungsi ini.
Contoh lagu – lagu daerah
nusantara sangat banyak sekali. Sesuai daerahnya masing masing, mengingat
Indonesia memiliki banyak daerah sehingga banyak kebudayaan yang timbul di
setiap-setiap daerah tadi. Mulai dari Sabang sampai Merauke, pulau Miangas
sampai pulau Rote. Berikut beberapa contoh lagu daerah dari berbagai daerah di
Indonesia.
Lagu Jawa Tengah / JaTeng
a.
Bapak Pucung
b.
Dhondhong Apa Salak
c.
Gambang Suling
9.
Makanan
Dan Minuman Khas
Masakan Jawa
adalah masakan khas yang berasal dari pulau Jawa, kecuali Jawa Barat
yang mempunyai kekhasan khusus sebagai Masakan Sunda.
Masakan Jawa tersedia di Warung Tegal.
Masakan Jawa tempe
menjadi masakan internasional dan menjadi satu satunya masakan Indonesia yang
tidak terpengaruh oleh masakan Tionghoa,
masakan India, atau masakan Arab.
Berikut adalah makanan khas yang
terdapat di Jawa Tengah,
menurut kabupaten/kota:
· Banjarnegara:
dawet ayu, buntil
· Blora: Sega Pecel, sate ayam blora, soto ayam blora, tahu
campur
· Boyolali:
marning (jagung
goreng), paru goreng, Brem
cap suling gading, krupuk rambak
· Wonogiri:
gaplek, tiwul, cabuk
· Wonosobo:
mie
ongklok, sagon, tempe kemul,
geblek, wedang ronde, manisan carica, keripik jamur, dendeng
gepuk
Berikut Minuman Khas
· Sekoteng
· Wedang Horok-Horok
· Kopi
Dapur Kuat
· Kopi
Tempur
· Wedang
Pekak
· Adon-Adon
Coro
· Es
Gempol / Pleret
· Dawet
Jepara
10. Agama
Sebagian
besar penduduk Jawa Tengah beragama Islam dan sebagian masih mempertahankan tradisi Kejawen
yang dikenal dengan istilah abangan. Agama lain yang dianut adalah Protestan,
Katolik,
Hindu,
Buddha,
Kong Hu Cu, dan puluhan aliran kepercayaan. Penduduk Jawa
Tengah dikenal dengan sikap tolerannya. Provinsi Jawa Tengah merupakan salah
satu provinsi dengan populasi umat Kristen dan Katolik terbesar di Indonesia.
Sebagai contoh di daerah Muntilan, Kabupaten
Magelang banyak dijumpai
penganut agama Katolik, dan dulunya daerah ini merupakan salah satu pusat
pengembangan agama Katolik di Jawa. Di lain daerah, suatu desa di kecamatan Sumpiuh, Banyumas,
100% penduduknya beragama Islam. Terdapat pula orang-orang keturunan Yahudi dan
menganut agama Yahudi di Jawa Tengah yang jumlahnya sangat sedikit sekali.
Mereka ada di wilayah Semarang, Cilacap, Solo, dan Brebes. Mereka umumnya
adalah Yahudi keturunan Belanda pada zaman colonial
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Suku Jawa yang berada di daerah Jawa
Tengah merupakan suku yang memiliki berbagaikebudayaan, mulai dari adat istiadat sehari-hari, kesenian,
acara ritual, dan lain-lain.Semua itu
membuktikan bahwa suku Jawa merupakan suku yang kaya akan budaya daerah
Saran
Budaya daerah merupakan faktor utama
berdirinya kebudayaan nasional, maka segala sesuatuyang terjadi pada budaya
daerah akan sangat mempengaruhi budaya nasional. Atas dasar itulah, kita
semua mempunyai kewajiban untuk menjaga, memelihara dan
melestarikan budaya baik budaya lokal atau budaya daerah maupun budaya
nasional, karena budayamerupakan bagian dari kepribadian bangsa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar