Empat nasehat ini dikutip Syaikh
Fuad Shalih dalam bukunya Liman Yuriidu Az Ziwaaj wa Tazawuj. Sebagai
ulama dan penulis buku pernikahan, beliau merasa perlu mencantumkan hadits ini agar
para suami berbenah diri; tidak hanya menuntut istri mempersembahkan yang
terbaik bagi dirinya, tetapi juga ia mempersembahkan yang terbaik untuk
istrinya.
Empat nasehat ini secara khusus
mengajarkan suami untuk berpenampilan menarik di rumah. Syaikh Fuad Shalih
mengatakan:
Hal ini diajarkan Rasulullah SAW,
“Cucilah bajumu, rapikan rambutmu, gosoklah
gigimu, dan berhiaslah untuk istrimu.”
Cucilah Bajumu
Nasehat pertama ini memiliki dua
dimensi. Dimensi pertama ada pada proses. Dimensi kedua terletak pada hasilnya.
Sebagai sebuah proses, “cucilah
bajumu” berarti berbagi dengan istri dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan
domestik, khususnya bagi keluarga yang tidak memiliki khadimat. Mencuci
baju tidak dibebankan kepada istri saja, melainkan suami juga melakukannya.
Baik mencuci dengan tangan maupun dengan mesin cuci. Konsep berbagi peran
inilah yang diteladankan oleh Rasulullah. Kendati beliau adalah Nabi, pemimpin
negara, qiyadah dakwah dan panglima perang, beliau menyempatkan diri untuk
membantu istri-istrinya menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga.
Ditinjau dari dimensi hasil, “Cucilah Bajumu” membuat suami tampil
dengan pakaian rapi di depan istrinya. Tidak kusut. Tidak menyebalkan.
Mungkin sebagian suami tidak merasa
perlu tampil rapi di hadapan suaminya, terkebih ketika malam tiba. Namun, jika
ia menuntut istrinya tampil prima di depannya, mengapa ia tidak menuntut
dirinya melakukan hal yang sama? Bukankah Islam menjunjung keadilan? Kita para
suami kadang belum juga mengerti bahwa wanita itu tidak selalu mencurahkan
perasaannya kepada suami. Ia kadang menyimpannya di hati dan berusaha
menyabarkan diri. Saat kita para suami dengan mudah mengatakan “Pakaialah baju
yang indah”, para istri hanya menahan sabar melihat kita menghampirinya dengan
baju berbau. Mari kita berusaha berubah. Menjadi suami yang lebih rapi di depan
istri.
Rapikan Rambutmu
Ketika berangkat kerja, ketika pergi
ke kantor, ketika hendak syuro, ketika mau mengisi pengajian, kita para lelaki
yang katanya tidak suka dandan, minimal merapikan rambut. Lalu saat hanya
berdua dengan istri, mengapa kita tidak melakukan hal serupa? Bukankah jika
begitu kita lebih mengutamakan orang lain daripada istri kita sendiri? Padahal
rekan-rekan kerjanya tidak memasakkannya. Teman-temannya juga tak bisa
merawatnya ketika ia sakit. Yang setia menemani, yang setia merawat adalah
istri. Dan tidak ada orang lain yang bisa menghangatkannya di kala kedinginan
kecuali istrinya sendiri. Lalu mengapa kita sebagai suami justru tak bisa
tampil rapi saat bersamanya?
Gosoklah Gigimu
Bau mulut adalah satu hal yang
mengganggu komunikasi dan menjadi pembatas kedekatan. Ketika seorang suami tak
suka istrinya mengeluarkan bau saat ia berbicara, demikian pula istri
sebenarnya tak suka jika suaminya menghampirinya dengan bau yang tak sedap.
Adalah junjungan kita yang mulia,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, setiap akan masuk rumah, beliau
bersiwak terlebih dahulu. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Bunda
Aisyah menjadi saksi kebiasaan Rasulullah ini. Ketika ditanya, “Apa yang
dilakukan pertama kali oleh Rasulullah jika dia memasuki rumahnya?” Beliau
menjawab: ”Bersiwak”.
Maka sungguh nasehat ini harus
dikerjakan oleh para suami. Hendaklah ia rajin bersiwak atau menggosok giginya.
Jika berduaan dengan istri, pastikan sudah gosok gigi. Pastikan tak ada bau
yang mengganggu. Hingga curhat pun menjadi mengasyikkan. Hingga berduaan pun
jadi penuh kemesraan.
Dan lebih dari itu, menggosok gigi
atau bersiwak mendatangkan dua kebaikan. Kebersihan dan kesehatan mulut, serta
mendatangkan keridhaan Tuhan. “Bersiwak itu membersihkan mulut dan membuat
Tuhan ridha” (HR. Al Baihaqi dan An Nasa’i)
Berhiaslah Untuk Istrimu
Para sahabat Nabi adalah suami-suami
yang terdepan dalam mengamalkan nasehat ini. Ibnu Abbas mengatakan, “Aku suka
berhias untuk istriku sebagaimana aku suka istriku berhias untukku”
Mengapa demikian, karena Ibnu Abbas
yakin, “Sesungguhnya berhiasnya suami di hadapan istrinya akan membantu istri
menundukkan pandangannya dari melihat laki-laki selain suaminya. Berhiasnya
suami di hadapan istrinya juga makin mendekatkan hati keduanya.”
Jika para sahabat yang sibuk
berdakwah dan berjihad tidak lalai berhias untuk istrinya, bagaimana dengan
kita? Semoga bisa meneladani mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar